Menurut laporan tersebut, 300 juta rand atau setara dengan 22 juta dolar AS dialihkan. Dana itu diperuntukan untuk hal-hal seperti sanitasi, penggantian sekolah yang terkena lumpur dan perbaikan rumah sakit.
Sebagai gantinya, pihak berwenang diduga membelanjakannya untuk barang-barang lain seperti kaos seharga 24 dolar AS.
Tuduhan penyalahgunaan pertama kali muncul pada 2014, beberapa bulan setelah pemakaman Mandela di Qunu, Eastern Cape, pada bulan Desember 2013, yang dihadiri oleh kepala negara dari seluruh dunia.
Kini, hampir empat tahun setelah kematian Mandela pada usia 95 tahun, pelindung umum negara tersebut, Busi Mkhwebane, telah meminta Presiden Jacob Zuma untuk mengajukan tuntutan lebih lanjut dengan menggunakan unit investigasi khusus.
Laporan setebal 300 halaman tersebut menggambarkan bagaimana pejabat di Eastern Cape mengantongi dana, mengabaikan peraturan dasar, dan meningkatkan biaya.
Mkhwebane menggambarkan kegagalan untuk mengikuti peraturan mengenai pengeluaran uang publik sebagai hal yang sangat menakutkan.
"Sangat prihatin bahwa kita bisa menggunakan pemakaman untuk melakukan hal-hal semacam itu," katanya dalam sebuah konferensi pers.
"Bagaimana Anda menagih atau menaikkan harga atau bahkan mengirim faktur untuk sesuatu yang belum Anda sampaikan?" tambahnya.
Mkhwebane mengatakan bahwa disorganisasi memiliki peran dalam penyalahgunaan, namun juga mengenai bagaimana partai ANC yang berkuasa di Afrika Selatan rupanya mengeluarkan instruksi kepada pejabat mengenai bagaimana uang tersebut harus dikeluarkan.
"Ada faktur yang kami tunjukkan dengan kop surat dari ANC. Dan uangnya dibayarkan tapi layanan lagi tidak diberikan," katanya seperti dimuat
BBC.
Ini bukan skandal pertama yang mengelilingi acara resmi memperingati kehidupan pahlawan perjuangan apartheid tersebut.
[mel]