Selimut yang disebut dengan 'happiness blanket' itu menggunakan neuro sensor untuk mengukur gelombang otak seseorang. Selimut itu bekerja dengan berubah warna antara merah atau biru sesuai dengan nyaman-tidaknya penumpang tersebut.
Dikabarkan
Asia One (Kamis, 3/7), pihak maskapai berharap dengan memonitor pola tidur dan tingkat relaksasi selama penerbangan dapat membantu maskapai untuk meningkatkan pelayanan kepada penumpang.
Pekan lalu, sekelompok relawan dalam penerbangan BA189 Dreamliner dari Heathrow ke New York menjadi penumpang perdana yang mencoba layanan 'happiness blanket' tersebut dan melaporkan apa yang mereka rasakan kepada pihak maskapai.
"Dengan menggunakan teknologi seperti happiness blanket seperti di British Airways adalah cara lain bagi kita untuk menginvestigasi bagaimana pelanggan kita merasakan relaksasi dan tidur dengan dipengaruhi oleh pelayanan lainnya dalam penerbangan mulai dari tingkat cahaya di kabin, makanan, hingga bagaimana hiburan yang mereka tonton dan posisi duduk mereka," kata Direktur manager British Airways, Frank van der Post.
"Menjadi maskapai pertama yang memperkenalkan tempat tidur rata sepenuhnya di kelas bisnis, kita memperhatikan dengan sangat serius seberapa rileks dan nyaman tidur para pelanggan," sambungnya.
Terkait hal tersebut, seorang profesor riset otak manusia dari University College London, Vincent Walsh menjelaskan bahwa tidur di pesawat merupakan kesempatan untuk mengatur ulang jam tubuh agar ketika tiba di tempat tujuan dapat merasa segar.
[mel]
BERITA TERKAIT: