"Dengan bilang BBM naik aja sudah naik sembako," keluh pria dua anak ini yang keseharian mengemudi angkot Kopaja 502 jurusan Tanah Abang-Melayu saat ditemui
Rakyat Merdeka Online, Jumat (21/6).
Padahal, penghasilan yang diperolehnya pun belum mampu untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari.
"Sekarang kalau kita narik untuk biaya di rumah udah empot-empotan bang. Setoran Rp 300 ribu sehari, paling sisanya Rp 100 berdua ini sama kenek. Untuk minyak (bahan bakar angkot) rata-rata isi 50 liter sehari, itu dikali Rp 4.500. Kalau nanti dikali Rp 6.500, apa yang mau dibawa pulang nanti?," ungkapnya.
Setidaknya, lanjut dia, beban biaya operasional yang harus ditanggung akan menjadi semakin besar jika harga BBM jadi dinaikkan. Sedangkan selama ini pengeluaran untuk BBM angkot ditanggung sendiri, bukan dari koperasi.
"Minyak bukan dari koperasi dari kita, bang. Kalau dihitung-hitung kita bisa dapat Rp 600 ribu udah bisa dibawa pulang sisanya. Kalau nggak ya pulang nggak bawa duit," kata pria kelahiran Padang ini.
Syapiih yang sudah 10 tahun jadi sopir angkot juga mengatakan, hingga kini belum ada keputusan dari Koperasi untuk menaikkan tarif angkutan umum.
"Kita nunggu keputusan semuanya dari koperasi sajalah," ujarnya
.[wid]
BACA JUGA: