Sebagaimana dilansir
ABC News (Senin, 22/4), HRW menjelaskan, serangkaian serangan berdarah tahun lalu yang menewaskan ratusan orang dan memaksa 125.000 orang mengungsi sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Organisasi yang berbasis di New York ini mengatakan bahwa etnis Rakhine yang memiliki partai politik yang kuat di negara bagian Rakhine Barat, bersama dengan para biksu senior Buddhis, telah mendorong serangan terkoordinasi terhadap lingkungan Muslim.
HRW menambahkan, pasukan keamanan negara kadang-kadang juga turut
campur tangan untuk melindungi Muslim yang melarikan diri. Mereka
lebih sering diam berdiri dengan tenang atau malah berpartisipasi langsung saat serangan berlangsung.
Bentrokan kelompok minoritas Muslim Rohingya dengan kelompok Budha
Rakhine di wilayah Rakhine Barat, Myanmar sudah terjadi sejak Burma, nama lain Myanmar, mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Hingga saat ini, pemerintah Myanmar menganggap lebih dari 800 ribu
warga Rohingya sebagai imigran gelap.
[zul]
BERITA TERKAIT: