Demikian papar pengamat militer asal Rusia, Viktor Sokirko seperti dikutip dari koran
Komsomolskaya Pravda (KP, edisi 6/4).
NATO dalam keadaan shock, tulis Viktor Sokirko, dari mana atau bagaimana Libya bisa berlawan dengan melakukan perang gerilya secara piawai? Secara teoritis, tentara Libya sejatinya sudah harus menghentikan perlawanan mereka sejak lama ketimbang hancur berantakan menjadi unit-unit kecil, yang akhirnya jadi santapan buru di gurun pasir oleh para pemberontak. Dengan serangan rudal dan pembombardiran yang begitu agresif dan dahsyat kekuatan sekutu, hampir bisa dipastikan 50 ribuan tentara Khadafi seharusnya sudah lama kucar-kacir melarikan diri menyelamatkan diri masing-masing. Tetapi tidak!
Pasukan-pasukan yang setia kepada pemerintah Khadafi bukan saja tetap menyimpan semangat berperang, tetapi juga melakukan serangan balik dengan merebut kota-kota dari pihak oposisi satu per satu.
Tampak jelas terdapat suatu organisasi yang tepat dan melakukan cara perang yang orsinil. Sebagai contoh, pasukan militer Libya dengan cepat melakukan orientasi di medan pertempuran dan tidak menggunakan tank-tank berat (yang pasti akan dengan mudah dihancurkan oleh pesawat tempur NATO) dalam bertempur. Dan mereka dengan cepat berpindah-pindah dengan mengendarai jip-jip ringan dan bersenjatakan senapan mesin berat.
NATO betul-betul dihadapkan pada suatu teka-teki - efektivitas serangan udara organisasi militer tersebut menjadi minim. Saddam Husein saja tidak mampu begitu cerdik memperdayakan musuh di depan hidung, sehingga dia dalam hitungan beberapa hari dihancurkan. Nah di sini di Libya lain lagi ...
Rusia dan Ukraina Tidak Ada Dalam Perang Libya IniPada mulanya kami memperkirakan, bahwa di sini tidak bisa tanpa penasehat Rusia yang memiliki pengalaman perang di Afghanistan dan Cehnya. Lebih-lebih pada era Uni Soviet, di Libya telah bekerja lebih dari seribu penasehat militer Soviet. Masih pada tahun 1969, ketika grup militer yang dikepalai Kapten Kadhafi melakukan kudeta di Laut Tengah tepatnya pantai Libya berdiri sebuah armada Angkatan Laut Uni Soviet yang megah. Karena keberadaan armada AL Uni Soviet tersebutlah yang menghalangi invasi tentara AS dan Inggris ke Libya.
Sudah sejak tahun 1974, Uni Soviet memasok peralatan teknik militer untuk tentara Libya. Ketika itu sebanyak 500 penasehat militer Soviet dikirim ke Libya, dan pada tahun 1976 jumlah tersebut bertambah dua kali lipat. Tetapi setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991, penasehat-penasehat militer Soviet dipanggil kembali ke tanah airnya.
Saat ini di Libya tidak ada tentara Rusia. Berdasarkan data formal maupun informal, dalam waktu akhir-akhir ini, Rusia hanya memasok senjata untuk tentara Libya - sebagaian besar dari persenjataan tersebut bukan buatan baru. Di Libya juga tidak ada penasehat militer Ukraina. Mereka yang bekerja di sana adalah warga sipil yang keahliannya adalah tenaga medis yang bekerja berdasarkan kontrak. Dokter-dokter pribadi Khadafi, misalnya, adalah warga Ukraina.
Hanya Berdasarkan Kontrak PribadiKalau begitu siapakah sebenarnya yang membantu tentara Khadafi yang bukan saja bisa mempertahankan kekuatan dan semangatnya dalam situasi tekanan gempuran rudal dan pesawat tempur hebat NATO, tetapi juga dengan lihai menukar-nukar taktik militer?
KP berhasil mengetahui, bahwa peranan (penasehat militer) itu dilakukan warga negara Belarusia.
Kontingen penasehat militer dari Belarusia di Libya (sebelum agresi milter dilancarkan Sekutu) mencapai 500 orang. Sebagian dari jumlah tersebut, terutama perwira tinggi militer, dievakuasi dari Libya dengan pesawat ke Minsk, ibu kota Belarusia. Keberadaan penasehat militer dari Belarusia ini secara resmi diakui Penasehat Kedutaan Besar Belarusia untuk Libya di Tripoli, George Gromyko. Kepada KP, George mengatakan tidak tahu persis berapa jumlah warga Belarusia yang tinggal di Libya. Besar kemungkinan, di antara mereka terdapat ahli-ahli militer.
Dari sumber di Kementerian Pertahanan Belarusia, KP juga berhasil mengetahui, bahwa praktek pengiriman ahli-ahli militer ke Libya telah berlangsung lama. Beberapa dari mereka bekerja di bidang ekaploitasi teknik militer. Bahkan, banyak dari mereka bertugas sebagai penasehat para komandan pasukan Libya. Di negeri ini juga terdapat para pekerja Badan Intelijen Belarusia. Mereka semua menandatangani kontrak kerja secara individu dengan para penguasa Libya.
Upah Tentara Bayaran KP kemudian menelepon salah seorang "tentara bayaran" dari Belarusia. Perwira ini tidak banyak bicara. Di Libya, dia sudah bekerja lebih dari dua tahun. Dia bekerja berdasarkan kontrak yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Kementerian Pertahanan Belarusia, melainkan atas inisiatif pribadi. Untuk pekerjannya di kemiliteran Jamahiriya, dia menerima uang sebanyak 3000 dolar AS per bulan. Menurut Mikhail, demikian ia memperkenalkan dirinya, di Libya setidaknya ada ratusan ahli militer dari Belarusia. Para penasehat militer dari Belarusia ini tidak ikut terlibat secara langsung dalam operasi pertempuran melawan para pemberontak, tetapi mereka selalu berada dalam posisi tempur. Banyak dari penasehat militer tersebut pernah bertugas di Afghanistan, dan kemudian bertugas di unit elit Kementerian Pertahanan Belarusia. Sebagian dari perwira tersebut mendapat pendidikan di basis latihan pasukan khusus Rusia.
SUNGGUH mengagetkan, para penasehat militer dari Belarusia yang justru bisa mempertahankan disiplin tentara Libya dan memberikan petunjuk kepada komandan perang bagaimana menjalankan taktik gerak cepat dalam berjuang melawan para pemberontak, termasuk menghadapi serangan rudal dan udara pesawat-pesawat tempur NATO. Untuk sementara ini "para gerilyawan Belarusia" mendapat kemenangan!
[wid]
BERITA TERKAIT: