Ketua DPR: Dua Capres Sudah Jadi Korban Fitnah, Stop Kampanye Hitam
Laporan: Dede Zaki Mubarok | Minggu, 31 Maret 2019, 14:43 WIB
Bambang Soesatyo/Humas DPR
Baik calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo maupun capres nomor urut 02 Prabowo Subianto merasa sudah dilukai fitnah dan ujaran kebencian yang selama ini dialamatkan kepada keduanya.
"Ungkapan atau refleksi kekecewaan dua sosok Capres itu hendaknya mendorong semua pihak mengakhiri kampanye hitam," kata Ketua DPR, Bambang Soesatyo di Jakarta, Minggu (31/3).
Kekecewaan dua capres itu terungkap dalam debat Capres sesi IV di Hotel Shangri-La Jakarta, Sabtu malam (30/3). Prabowo mengaku tidak nyaman karena dituduh pro-khilafah. Sedangkan Jokowi mengaku selama ini memendam perasaan karena dituduh PKI.
Kendati pengakuan kedua capres tampak semata-mata sebagai adu argumentasi dalam debat, menurut Bambang ,tetap memperlihatkan kekecewaan mereka berdua. Bahkan, Prabowo sampai harus mengungkap sekilas latar belakang ibu yang melahirkannya.
Fakta dari Debat Capres sesi IV itu hendaknya menyadarkan semua elemen masyarakat bahwa Jokowi dan Prabowo yang terpilih untuk berkompetisi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 17 April 2019 mendatang sudah menjadi korban kampanye hitam bermuatan fitnah dan ujaran kebencian.
Padahal, lanjut Bambang, untuk menyandang status capres, baik Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sudah melalui berbagai tahapan proses seleksi. Sehingga, semburan fitnah yang bertujuan mencoreng citra atau kredibilitas kedua sosok capres itu sama sekali tidak masuk akal.
"Bahkan, fitnah terhadap kedua sosok capres berpotensi merusak akal sehat. Sebab, masyarakat dicekoki pemahaman bahwa institusi negara penyelenggara Pemilu bisa meloloskan pribadi bermasalah untuk mengisi jabatan presiden," terangnya.
Karena itu, menurut Bambang, kampanye hitam terhadap dua kandidat presiden RI ini harus dihentikan.
"Fitnah dan ujaran kebencian yang ditujukan ke pribadi Capres Joko Widodo maupun Capres Prabowo Subianto sama artinya dengan merendahkan martabat bangsa Indonesia. Harap diingat bahwa kedua sosok ini tampil sebagai Capres berdasarkan aspirasi masyarakat Indonesia," demikian politisi Partai Golkar ini.