Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

Partisipasi Keturunan Tionghoa Di Pemilu Bagian Perjuangan Membangun Bangsa

Laporan: | Jumat, 08 Februari 2019, 02:19 WIB
Partisipasi Keturunan Tionghoa Di Pemilu Bagian Perjuangan Membangun Bangsa

Foto/DPR RI

Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengajak seluruh warga negara Indonesia keturunan Tionghoa untuk aktif menggunakan hak pilih di Pemilu 2019.

Partisipasi semua warga negara termasuk WNI keturunan Tionghoa dalam pemilu merupakan bagian dari perjuangan membangun bangsa.

"Perayaan Imlek menjadi bukti nyata betapa bangsa Indonesia mengakui budaya etnis Tionghoa. Sebagai bagian dari warga negara yang memiliki hak pilih, WNI keturunan Tionghoa harus manfaatkan hak tersebut sebaik mungkin. Jangan golput karena setiap suara tak ternilai harganya. Apakah bangsa Indonesia akan tetap bisa merajut kebhinnekaan dan memperkokoh persatuan, semua tergantung bagaimana cara pemimpin kita membawa ke arah mana masa depan bangsa dan negara," jelasnya saat menghadiri perayaan Imlek Nasional 2019, di JIExpo, Jakarta, Kamis (7/2).

Politisi Partai Golkar iyu menuturkan, sejarah telah mencatat bahwa etnis Tionghoa juga sama seperti etnis lain di Nusantara seperti Jawa, Batak, Sunda, Melayu dan lainnya. Perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan juga tidak bisa dipisahkan dari keberadaan etnis Tionghoa.

"Pemuda Tionghoa juga turut aktif dalam deklarasi Sumpah Pemuda yang merupakan salah satu penguat pondasi pencapaian kemerdekaan Indonesia. Di Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia juga terdapat empat orang Tionghoa yaitu Oei Tjong Hauw, Oei Tiang Tjoei, Mr. Tan Eng Hua dan Liem Koen Hian. Tak hanya itu, sejarah juga mencatat Jap Tjwan Bing sebagai seorang etnis Tionghoa yang turut meresmikan UUD 1945," tutur Bambang.

Karenanya, dia menilai, perayaan Imlek yang disemarakkan di berbagai wilayah juga merupakan bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia. Merayakan Imlek merupakan bagian dari merayakan kebhinnekaan bangsa.

"Perbedaan etnis, suku, agama, maupun kepercayaan memang tidak bisa dinafikan dalam kehidupan. Namun kita sudah buktikan kepada dunia, bahwa di Indonesia, perbedaan tersebut bukan menjadi bencana melainkan menjadi anugerah," jelas Bambang.

Dia menambahkan, perayaan Imlek nasional maupun yang dilakukan di berbagai daerah akan menjadi saksi betapa realitas multikulturalisme yang sempat dilupakan beberapa waktu lamanya, telah kembali bersemi dengan indah. Menjadi penyubur tanah Indonesia dan penghias kecantikan bangsa.

"Perayaan Imlek dengan gegap gempita pertunjukan barongsai, tabuhan bedug saat idul fitri, denting lonceng saat natal, maupun heningnya suasana saat Nyepi, semuanya merupakan keragaman bangsa Indonesia. Tidak ada bangsa di dunia ini yang bisa seberadab bangsa Indonesia dalam menyikapi kemajemukan. Kita senantiasanya bersatu dalam naungan kedamaian NKRI," terang Bambang.  

Atas dasar itu, dia menilai bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid. Di mana, Gus Dur telah menyingkirkan awan gelap yang bukan hanya telah mengisolasi etnis Tionghoa melainkan juga turut membelenggu bangsa Indonesia sekian puluh tahun lamanya.

"Dengan adanya payung hukum terhadap perayaan Imlek ini menandakan pula terbukanya kesempatan kepada seluruh etnis Tionghoa untuk lebih bisa mengabdikan diri kepada bangsa dan negara Indonesia baik itu melalui jalur sosial, ekonomi, maupun politik. Mari bersatu pada membangun Indonesia tanah tumpah darah kita bersama," demikian Bambang. [wah]
1xx

Kolom Komentar

Artikel Lainnya

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)