Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

GVC Jangan Berubah Jadi Praktik Kolonialisme Baru

Laporan: Dede Zaki Mubarok | Rabu, 05 Oktober 2016, 14:34 WIB
GVC Jangan Berubah Jadi Praktik Kolonialisme Baru

Nurhayati Ali Assegaf (kanan)

Dampak fenomena Rantai Nilai Global atau Global Value Chain (GVC) di mana proses produksi dari bahan mentah hingga bahan jadi diproses di banyak negara sangat penting bagi jalannya perdagangan dunia.

Data dari WTO menyebutkan, GVC menyumbang 70 persen dari total perdagangan global. Karena itu, penting juga untuk mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia untuk lebih terlibat dalam GVC tersebut.

Demikian salah satu poin yang dibicarakan Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf, saat menjadi salah satu panelis dalam acara WTO Public Forum yang diselenggarakan pada 27 September lalu di markas besar WTO di Jenewa, Swiss.

Mengambil tema besar "Perdagangan yang Inklusif", plenary session ini merupakan salah satu dari 100 rangkaian acara yang mengundang pembicara dari seluruh dunia. Delegasi Indonesia turut diwakili oleh anggota DPR dari fraksi PDIP yang bertugas Komisi I, Charles Honoris.

Di antara tiga panelis lain yang mewakili OECD, Parlemen Uni Eropa, dan Parlemen Pakistan, Nurhayati menekankan pentingnya satu kebijakan untuk melindungi ekonomi lokal, menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta menciptakan investasi yang berkeadlian yang dapat dinikmati semua masyarakat.

Nurhayati juga meminta agar kebijakan yang dibuat mampu mendorong UMKM dalam negeri agar dapat menerima manfaat dari GVC melalui peningkatan kemampuan dan kompetensi, pembangunan kapasitas, serta transfer teknologi.

Sebagai tokoh perempuan, Nurhayati tidak lupa menekankan pentingnya memberdayakan perempuan. Hingga saat ini, perempuan masih mengalami ketimpangan dibanding pria terutama dalam bidang pendidikan, lapangan pekerjaan, serta aktivitas ekonomi lainnya.

"Pemberdayaan perempuan sejalan dengan Target Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang disepakati para pemimpin dunia pada tahun lalu," ungkap dia.

Dalam sesi tanya jawab, Charles Honoris menyampaikan pandangannya serta bertanya kepada panelis terkait peran penting e-commerce yang sangat berkembang dalam beberapa tahun terakhir seiring kian mudahnya akses internet. Dia bertanya bagaimana parlemen Pakistan dalam mendukung e-commerce.

Plenary session yang berlangsung selama 90 menit tersebut berjalan dengan sangat menarik dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta. Di akhir pemaparannya, Nurhayati melontarkan pernyataan tegas agar GVC tidak menjadi bentuk kolonialisme baru dari negara maju terhadap negara miskin. [ald]

1xx

Kolom Komentar

Artikel Lainnya

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)