Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)

Ditemui DPR, Dimas Kanjeng Mengaku Sudah Lantik 150 Sultan

Laporan: Dede Zaki Mubarok | Senin, 03 Oktober 2016, 18:31 WIB
Ditemui DPR, Dimas Kanjeng Mengaku Sudah Lantik 150 Sultan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sudah mau buka suara. Hal itu dia lakukan saat Tim Kunjungan Spesifik (Kunspek) Komisi III DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua Benny K Harman didampingi Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Setiadji menemuinya di Mapolda Jatim, Sabtu malam (1/10).

Dalam pertemuan tersebut, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Nasdem, Akbar Faisal, bertanya, apakah ia seorang Kiai dan berapa jumlah sultan yang telah ia lantik. Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengaku bukan Kiai dan dia juga tidak merasa sebagai Kiai.

"Saya orang biasa-biasa saja karena di sana bukan pesantren tapi padepokan. Kalau padepokan itu umum, nasional. Kalau pesantren khusus keagamaan," katanya.
 
Pemilik Padepokan yang kini heboh itu mengaku telah melantik kurang lebih 150 sultan yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Jadi saya tunjuk sendiri," jelasnya.
 
Saat ditanya tentang tugas sultan, ia tidak bisa menjawab. Dia kemudian menegaskan, tidak ada tugas khusus terkait dengan sultan.
 
Sementara Wakil Ketua Komisi III DPR, Benny K. Harman, mempertanyakan kekuatan mistik yang selama ini disebut dimiliki Taat Pribadi, khususnya menggandakan uang. Kemudian ia menanyakan juga kalender meja dengan foto Taat Prbadi bersama Presiden RI Joko Widodo, Kapolri, dan Panglima TNI.

Taat Prbadi menjawab dengan santainya bahwa dirinya kadang-kadang bisa dan kadang-kadang tidak bisa menggandakan uang.

"Mohon maaf, sejak saya masuk tahanan tidak konsentrasi lagi dan yang mendatangkan uang itu guru saya," ujarnya.
 
Dia menegaskan bahwa foto-foto dengan pejabat yang di kalender meja itu bukan hasil editan. Dia mengaku pernah diundang resmi ke Istana Negara dalam acara Maulid Nabi, pelantikan Ketua KPK dan peringatan 17 Agustus. Pengundangnya adalah Deputi Sekretariat Presiden RI, Yudhi Wijaya.
 
Taat Pribadi mengaku kini menjadi tahanan polisi karena ada laporan soal pembunuhan terhadap Abdul Ghani dan penipuan.

"Karena itu, saya berjanji dan bertanggungjawab akan mengganti uang itu. Kalau soal pembunuhan kita ketemunya di sidang pengadilan saja," kilahnya.
 
Dalam pertemuan tersebut, anggota Komisi III DPR sempat menyatakan niat untuk memulangkan para pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang masih berada di padepokan dan mengatakan bahwa kasus ini sudah berakhir.
 
Dimas Kanjeng menolak mengimbau pengikutnya pulang dari padepokannya. Ia beralasan, hati pengikut-pengikutnya sudah terpupuk karena sebelumnya sudah diberi motivasi oleh Abah Ilyas dan Abah Dofir. Dimas Kanjeng juga tidak merasa menyesal atas perbuatannya.

"Saya punya niat baik. Di padepokan ada visi dan misi yang harus dilaksanakan, karena melakukan sesuatu yang benar," ungkapnya.
 
Sementara anggota Komisi III dari Fraksi PKB, Bahrudin Nasori, merasa keberatan kalau para pengikut Dimas Kanjeng di padepokan disebut santri.

"Terus terang saja itu mencoreng santri-santri yang ada di pesantren. Jadi sejak hari ini, detik ini juga anda tidak boleh bicara santri lagi, bilang saja pengikut," tutupnya [ald]
1xx

Kolom Komentar

Artikel Lainnya

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI)