TB Hasanuddin: Kerukunan di Ambon Masih Semu
Laporan: Aldi Gultom | Senin, 12 September 2011, 10:45 WIB
RMOL. Situasi keamanan di Ambon, Maluku mulai tadi pagi dikabarkan sudah cukup tenang dibandingkan sehari kemarin. Tetapi, pemerintah dan aparat keamanan diminta untuk tetap mewaspadai adanya provokasi lanjutan setelah Ambon dilanda kerusuhan.
"Saya sudah mencoba kontak ke sana, ke Muspida dan sebagian masyarakat disana. Situasi sekarang sudah cukup kondusif, tapi saya melihat satu hal penting yaitu masalah komunikasi umat beragama satu sama sama lain, masih sangat sensitif," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Mayjen (Purn)TB Hasanuddin, kepada
Rakyat Merdeka Online, Senin (12/9).
Data yang didapatkannya dari pihak Kodam, peristiwa kerusuhan itu berawal dari tewasnya salah seorang pengojek yang sedang membawa penumpang karena kecelakaan murni, pada Sabtu malam (10/9). Karena kecelakaan itu, dia mengalami luka parah dan dibawa ke rumah sakit oleh warga setempat. Namun nyawanya tidak tertolong.
Tapi kabar yang beredar lewat pesan singkat, korban tewas karena dianiaya oleh warga setempat yang berbeda keyakinan.
"Menurut versi dokter yang saya dapatkan, itu kecelakaan kemudian meninggal di rumah sakit. Itu kejadian yang lumrah saja, artinya ada tukang ojek kecelakaan luka parah. Sampai sekarang masih diperdalam, tapi kemudian beredar SMS yang mengatakan ada pembunuhan oleh kelompok agama tertentu sehingga ramailah Ambon," terang mantan Sekretaris Militer Presiden ini.
Ada fakta lain berbicara dalam kasus ini, menurut TB. Bahwa, kerukunan antar kelompok masyarakat di Ambon yang selama ini didengungkan pemerintah dan tokoh-tokoh setempat adalah semu belaka. Bahkan kesemuan itu terasa di keseharian masyarakat Ambon.
"Hanya dengan SMS, semangat berkelahi bisa dikobarkan tanpa mengecek kebenaran. Orang bisa terpancing urusan pribadi. Katakanlah Anda berkelahi dengan saya, kita berbeda agama, urusan pribadi saya dan Anda bisa dengan mudah diseret ke wilayah SARA, itu kan kerukunan semu," urainya.
Selain itu, TB menganalisa, tidak ada kepentingan politik atau lembaga tertentu dalam kerushan Ambon kemarin. Memang kerusuhan kemarin murni karena kesemuan kerukunan masyarakat.
"Saya tak melihat ada kepentingan politik atau lembaga lain. Jadi memang melulu semu. Dalam sehari-hari situasi semu. Dan uniknya, kerusuhan ini biasanya mendekat atau sesudah hari raya. Konflik itu konflik lama, ada pertentangan antara "merah dan putih". Sensitifitas masih tinggi sehingga mudah terbakar," urainya.
Dia mengharapkan, yang terpenting saat ini adalah upaya mencegah api konflik semakin membara. Tokoh-tokoh formal dan non formal di pusat maupun daerah harus berikan teladan. Perbanyak kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan rasa saling pengertian, jangan terus menerus mengeksploitasi perbedaan.
"Jangan diperuncing lagi, dan itu harus ditanamkan melalui pendidikan dari sekolah dasar sampai menengah," tandasnya
.[ald]