Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, penurunan suku bunga perbankan harus terus didorong sejalan dengan penurunan bunga BI Rate serta penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan.
“Bank Indonesia memandang penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur secara virtual, Jakarta, Rabu, 23 Oktober 2025.
Sejak September 2024, BI sendiri telah menurunkan BI-Rate sebesar 150 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen dan melakukan ekspansi likuiditas moneter. Namun Perry mengatakan penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat dan karenanya perlu dipercepat.
“Penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat, yaitu sebesar 15 bps dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,05 persen pada September 2025,” tuturnya.
Dalam mendorong kredit perbankan, BI telah memberikan insentif dalam Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), hingga minggu pertama Oktober 2025 mencapai Rp393 triliun, yang disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp173,6 triliun, BUSN Rp174,4 triliun, BPD Rp39,1 triliun, dan KCBA Rp5,7 triliun.
“Lebih dari itu, pemberian insentif KLM juga didasarkan pada kecepatan perbankan dalam menyesuaikan suku bunga kredit/pembiayaan terhadap suku bunga kebijakan Bank Indonesia untuk mempercepat transmisi penurunan suku bunga perbankan,” tuturnya.
BERITA TERKAIT: