Chief Investment Officer Danantara Pandu Patria Sjahrir mengatakan bahwa investasi ini sudah di tahap akhir dan akan dieksekusi secepatnya.
Dana Rp 16 triliun ini berasal dari hasil pengelolaan dividen (keuntungan yang dibagikan) sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diterima oleh pemerintah. Pandu menegaskan Danantara hanya memiliki waktu dua bulan, sampai akhir tahun 2025, untuk menyalurkan dana tersebut. Karena keterbatasan waktu dan kebutuhan untuk menjaga keamanan dana, Danantara akan memilih instrumen yang bersifat likuid, cepat, dan aman.
“Kami hanya punya waktu dua bulan, jadi harus memilih instrumen paling cepat dan likuid. Salah satunya pasar surat utang (bond market), dan kami juga tertarik masuk ke public market equity,” ujar Pandu, di sela acara Capital Market Summit & Expo 2025 di Jakarta, Jumat 17 Oktober 2025.
Untuk tahap awal, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi pilihan utama karena sifatnya yang aman dan likuid. Namun Pandu menegaskan bahwa penempatan dana di SBN bersifat sementara. Kemudian, langkah lanjutannya, sebagian besar dana akan dialokasikan ke saham perusahaan publik (public market equity). Alokasi ini tidak hanya untuk saham BUMN, tetapi juga untuk perusahaan lain yang memiliki fundamental kuat dan potensi pertumbuhan tinggi.
Pandu Sjahrir menjelaskan bahwa suntikan dana tersebut adalah bagian dari strategi untuk memperkuat stabilitas pasar modal. Saat ini, likuiditas (nilai transaksi harian) Bursa Efek Indonesia (BEI) dinilai masih dangkal.
Berdasarkan data per 16 Oktober, nilai transaksi harian BEI hanya sekitar Rp 16,4 triliun (988 juta Dolar AS). Angka ini dianggap jauh di bawah potensi Indonesia. Pandu membandingkan dengan India, yang transaksi hariannya mencapai 12-15 miliar Dolar AS.
BERITA TERKAIT: