Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik 25 sen menjadi 76,70 Dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 30 sen ke level 75,14 Dolar AS. Sebelumnya, harga sempat turun sekitar 2 persen, namun melonjak lebih dari 4 persen pada hari Selasa.
Kenaikan harga ini salah satunya dipicu oleh pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menolak permintaan Presiden AS Donald Trump untuk menyerah tanpa syarat. Trump pun menanggapi bahwa kesabarannya sudah habis, namun belum memastikan langkah apa yang akan diambil selanjutnya.
“Saya mungkin melakukannya, mungkin juga tidak. Tidak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan," kata Trump di Gedung Putih.
Trump juga mengaku bahwa pejabat Iran sempat menghubungi untuk membahas kemungkinan negosiasi, termasuk pertemuan di Gedung Putih. Namun, menurut Trump, “Sudah sangat terlambat untuk berbicara.”
Menurut seorang sumber yang mengetahui diskusi internal di pemerintahan AS, salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan Trump adalah bergabung dengan Israel dalam menyerang fasilitas nuklir Iran.
Para analis memperingatkan, jika AS benar-benar ikut campur, konflik bisa meluas dan mengancam infrastruktur energi di Timur Tengah.
“Pasar minyak saat ini masih menunggu dan melihat perkembangan konflik Iran-Israel. Jika situasi memburuk, harga Brent bisa melonjak ke 83 Dolar AS atau bahkan turun lagi ke sekitar 68 Dolar AS,” tulis analis dari perusahaan penasihat energi Ritterbusch and Associates.
Analis dari ING juga menambahkan, ketakutan terbesar saat ini adalah kemungkinan ditutupnya Selat Hormuz, jalur penting pengiriman minyak dunia.
“Hampir sepertiga dari minyak dunia yang dikirim lewat laut melewati Selat Hormuz. Jika jalur ini terganggu, harga minyak bisa melonjak sampai 120 Dolar AS per barel,” ungkap mereka.
BERITA TERKAIT: