Emas Makin jadi Primadona di Singapura

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 12 Mei 2025, 14:22 WIB
Emas Makin jadi Primadona di Singapura
Ilustrasi/Net
rmol news logo Emas semakin menarik minat masyarakat, terutama di kondisi ekonomi yang tidak stabil. Bukan hanya di Indonesia, masyarakat Singapura juga kini rajin berburu emas. 

Dikutip dari Channel News Asia (CNA), Senin 12 Mei 2025, pada kuartal pertama tahun ini, penjualan emas di Singapura mengalami peningkatan, baik itu emas batangan maupun koin fisik. 

Warga Singapura membeli 2,5 ton emas batangan, peningkatan 35 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Ini juga merupakan lonjakan tahunan terbesar sejak 2010.

Harga emas spot telah menembus 3.000 Dolar AS atau sekitar Rp49,5 juta pada Maret dan melonjak ke 3.500 Dolar AS (Rp57,8 juta) kurang dari dua bulan kemudian. Namun, itu tdak menurutkan minat masyarakat. 

Masyarakat membeli emas sebagai aset lindung di tengah ketidakpastian global. Investor berbondong-bondong mencari aset safe haven.

Gregor Gregersen, pendiri The Reserve - brankas berkapasitas tinggi untuk menyimpan emas dan perak di Changi - mengatakan beberapa klien dengan kekayaan bersih sangat tinggi beralih ke emas fisik.

"(Mereka) membeli, katakanlah, emas senilai SG$60 juta hingga SG$70 juta. (Beberapa) klien melakukannya karena mereka ingin mewujudkan emas tersebut. Mereka mungkin memiliki posisi besar dalam bentuk surat berharga dan mereka semakin khawatir tentang apa yang mungkin terjadi," katanya.

"Mereka berkata, 'Saya lebih suka mendapatkan emas fisik, menaruhnya di tempat yang aman, dan pada dasarnya mengurangi risiko saya'."

Shaokai Fan, kepala World Gold Council untuk Asia-Pasifik dan bank sentral, mengatakan emas telah membuktikan ketahanannya selama periode ketidakstabilan.

"Ini juga merupakan aset yang relatif likuid, jadi saya pikir itulah yang menyebabkan banyak investor masih berinvestasi dalam emas meskipun harganya relatif tinggi," katanya.

Emas dianggap sebagai aset yang aman dan dapat menjaga nilai selama inflasi atau krisis, serta mudah dicairkan. Selain itu, emas juga memiliki nilai historis dan simbol kekayaan, serta digunakan dalam berbagai industri. 

Di Indonesia, lembaga Survei KedaiKOPI pada ret lalu merilis hasil survei bertajuk "Pola Penggunaan Produk Investasi". Hasil survei ini mengungkap minat investasi saat ini bahwa masyarakat lebih tertarik berinvestasi pada emas perhiasan.

“Investasi terbanyak saat ini adalah emas perhiasan sebanyak 49,9 persen, diikuti saham 38,4 persen, reksa dana 36,6 persen, dan emas batangan 35,6 persen. Cryptocurrency dipilih 22,1 persen responden, sementara properti 28,9 persen,” jelas Direktur Riset dan Komunikasi Lembaga Survei KedaiKOPI, Ibnu Dwi Cahyo, dalam keterangannya beberapa waktu lalu. 

Emas, baik batangan maupun perhiasan, dianggap paling efisien dengan persentase 28,7 persen dan 20,1 persen, diikuti properti 12,2 persen dan saham 10,4 persen, menurutnya. 

Pedagang emas mengatakan perhiasan cenderung lebih mahal karena ada biaya tenaga kerja yang terlibat dalam pembuatan perhiasan. Perhiasan juga dikenakan pajak barang dan jasa (GST), tidak seperti emas batangan berperingkat investasi.

Sementara itu, harga emas spot merosot di Senin pagi setelah pembicaraan perdagangan antara AS-China berakhir dengan catatan positif. 

Emas spot melemah 1,1 persen ke 3.286,86 Dolar AS per ons troi. Sementara emas berjangka untuk kontrak pengiriman Juni 2025 melemah 1,6 persen ke 3.291,6 Dolar AS per ons troi. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA