BI Waspadai PHK Massal Tekan Daya Beli Hingga Hambat Laju Pertumbuhan Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Rabu, 07 Mei 2025, 20:14 WIB
BI Waspadai PHK Massal Tekan Daya Beli Hingga Hambat Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI), Erwin Gunawan Hutapea (kiri)/RMOL
rmol news logo Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di Indonesia, khususnya di sektor manufaktur dan media beberapa waktu kebelakang ini berpotensi menekan daya beli masyarakat.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia (BI), Erwin Gunawan Hutapea mengatakan bahwa PHK yang terus berlangsung akan berdampak signifikan terhadap konsumsi domestik, dan akhirnya menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional.

"Pastinya impact-nya ya akan ke pertumbuhan ya. Karena PHK itu di satu sisi kan akan mempengaruhi daya beli, yang ujungnya kan konsumsi," ujar Erwin dalam Taklimat Media di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu 7 Mei 2025.

Ia menjelaskan bahwa konsumsi domestik merupakan salah satu motor utama penggerak ekonomi. Bila daya beli melemah, maka konsumsi pun akan menurun. Hal tersebut akan memicu adanya tantangan tambahan bagi Indonesia, terutama di tengah situasi ekspor yang belum pulih.

"Ketika daya beli terpengaruh, konsumsi turun, ya konsumsi domestik sebagai salah satu motor pendorong pertumbuhan di tengah ekspor yang tidak seperti dulu lagi, tentu akan terpengaruh pertumbuhan ekonomi," jelasnya.

Meski tekanan ini belum berdampak langsung pada nilai tukar, Erwin menilai dampak PHK massal ini akan dikhawatirkan akan mempengaruhi persepsi global atas kinerja ekonomi Indonesia.

“Mungkin dia tidak direct ke nilai tukar, tapi mungkin dari bagaimana kemudian orang akan melihat pertumbuhan ekonomi kita,” katanya.

Untuk itu, Erwin menekankan pihaknya akan terus menjaga stabilitas ekonomi sebagai faktor utama untuk memudahkan perencanaan dan mendorong pengambilan keputusan oleh pelaku usaha.

"Jadi, stabilitas itu kan punya konteks terkait dengan pertumbuhan tadi kita sudah bicara ya, karena stabilitas itu membuat perencanaan kegiatan lebih mudah, sehingga orang lebih berani mengambil keputusan ekonomi," tandasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah pengangguran di Indonesia sendiri tercatat mencapai 7,28 juta orang pada Februari 2025. Angka tersebut naik 83.450 orang atau sekitar 1,11 persen dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA