Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup turun sebesar 1,13 Dolar AS atau 1,76 persen menjadi 63,12 Dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,21 Dolar AS atau 3,66 persen dan ditutup di angka 58,21 Dolar AS per barel-harga terendah sejak Maret 2021.
Penurunan ini terjadi setelah Arab Saudi, salah satu produsen minyak terbesar di dunia, memberi sinyal akan meningkatkan produksinya untuk merebut kembali pangsa pasar. Di sisi lain, ketegangan dagang global juga ikut menekan permintaan minyak.
"Ini memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang produksi lagi," ujar Phil Flynn, analis senior dari Price Futures Group.
"Apakah Arab Saudi ingin menunjukkan bahwa mereka siap merebut kembali pangsa pasarnya? Kita lihat saja nanti," lanjutnya.
Awal bulan ini, Arab Saudi telah mendorong peningkatan produksi OPEC+ yang melebihi rencana sebelumnya untuk Mei. Beberapa anggota OPEC+ juga berencana mengusulkan kenaikan produksi lagi untuk bulan Juni. Kelompok ini akan bertemu pada 5 Mei guna membahas langkah selanjutnya.
"Perang dagang mengurangi langsung permintaan minyak dan aktivitas perjalanan. Jika OPEC mencabut pengurangan produksi, maka risiko pasokan berlebih makin tinggi,'" kata Pavel Molchanov, analis strategi dari Raymond James.
Selain itu, kekhawatiran akan melemahnya ekonomi global turut menekan harga minyak. Data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama tahun ini, karena lonjakan impor oleh perusahaan yang mencoba menghindari biaya tinggi akibat perang dagang.
BERITA TERKAIT: