Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent turun 2,4 persen menjadi 64,25 Dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 2,6 persen menjadi 60,42 Dolar AS per barel.
Penurunan ini terjadi menjelang keputusan OPEC+ terkait peningkatan produksi, di tengah kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump akan memperlambat ekonomi global dan permintaan minyak.
Perang dagang AS–China makin memanas, dengan kedua negara saling memberlakukan tarif. Hal ini membuat analis menurunkan proyeksi permintaan dan harga minyak.
"Perdagangan antara AS dan Tiongkok nyaris terhenti. Setiap hari tanpa kesepakatan memperburuk risiko penurunan permintaan global," ujar Bob Yawger dari Mizuho.
Dampak perang dagang mulai dirasakan pelaku usaha. Perusahaan jasa pengiriman UPS akan memangkas 20.000 karyawan, sementara General Motors menunda panggilan investor hingga 1 Mei 2025. Presiden Trump mencoba mengurangi dampak tarif otomotif lewat keringanan pajak untuk produsen.
Perusahaan minyak BP mencatat penurunan laba bersih 48 persen menjadi 1,4 miliar dolar AS akibat lemahnya perdagangan gas dan penyulingan. Pasar kini menunggu laporan keuangan dari Exxon Mobil dan Chevron.
OPEC+ juga diperkirakan akan kembali menaikkan produksi pada Juni. Namun, analis menilai langkah ini bisa semakin menekan harga, apalagi Kazakhstan enggan mengurangi produksinya.
"Kenaikan produksi lain dari OPEC+ tidak mungkin terjadi pada waktu yang lebih buruk ketika sentimen sudah lemah, dan Kazakhstan tidak menunjukkan banyak minat dalam mengurangi produksi," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
BERITA TERKAIT: