Prediksi ini disampaikan oleh Bank of America (BofA), yang menyoroti sejumlah faktor yang mendorong kenaikan permintaan terhadap logam mulia tersebut.
Seperti dikutip dari
NewsX pada Rabu 2 April 2925, laporan BofA Global Research mencatat bahwa industri asuransi di China kini memiliki peluang untuk mengalokasikan hingga satu persen dari total asetnya dalam bentuk emas.
Kebijakan ini diperkirakan akan berkontribusi hingga enam persen dari total pasar emas tahunan.
Selain itu, bank sentral di berbagai negara yang saat ini menyimpan sekitar 10 persen cadangannya dalam bentuk emas diperkirakan juga akan meningkatkan proporsi tersebut menjadi lebih dari 30 persen.
Peningkatan ini dapat memicu lonjakan permintaan emas secara global. Tak hanya itu, laporan BofA juga menyoroti peran investor ritel yang semakin besar dalam mendorong harga emas.
Di tengah ketidakpastian pasar, semakin banyak individu yang memilih emas sebagai aset safe haven guna melindungi nilai kekayaan mereka.
Dengan meningkatnya permintaan dari sektor asuransi China, bank sentral, dan investor ritel, serta ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut, harga emas diperkirakan akan tetap kuat.
Jika tren ini terus berlanjut, harga emas berpotensi mencapai rekor tertinggi baru dalam waktu dekat, bahkan menembus 3.500 Dolar AS per ons sebelum kurun waktu 18 bulan mendatang.
BERITA TERKAIT: