Danau ini tak hanya memikat karena keindahan alamnya tetapi juga menjadi sumber penghidupan ribuan nelayan.
Menurut Analis Ekonomi Politik FINE Institute, Kusfiardi, proyek senilai 104,95 dolar AS ini menjadi suatu ironi mengingat ada penolakan dari masyarakat setempat.
“Terutama nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari ikan bilih, spesies endemik yang hidup di danau tersebut,” kata Kusfiardi dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu, 22 Januari 2025.
Lanjut dia, panel surya yang akan menutupi sebagian permukaan danau dikhawatirkan mengganggu aktivitas nelayan sekaligus merusak habitat ikan bilih, yang telah menjadi warisan ekonomi, budaya, dan kuliner Minangkabau.
Sementara itu, sambungnya, investor berjanji memberikan kompensasi berupa bantuan pendidikan, alat tangkap dan program konservasi.
“Namun, janji ini dirasa kontras dengan realitas kekhawatiran masyarakat yang sudah merasakan sulitnya mempertahankan hasil tangkapan,” jelas dia.
Masih kata Kusfiardi, di satu sisi, proyek ini diusung sebagai simbol kemajuan energi bersih dan pengganti PLTU Ombilin yang kotor, namun di sisi lain, keberlanjutan hidup nelayan tradisional yang telah berlangsung turun-temurun justru terancam.
“Apakah mengejar listrik hijau harus mengorbankan manusia yang hidup berdampingan dengan alamnya?” tandasnya.
BERITA TERKAIT: