Kawasan ini kini menjadi pusat aglomerasi dengan pertumbuhan positif yang diharapkan dapat mengangkat target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen pada 2029 mendatang.
Berdasarkan proyeksi yang dilakukan oleh Bappenas, kawasan Rebana diperkirakan akan mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 10 persen, berkat dimulainya konstruksi di Subang Smart Politan.
Konsultan Properti Knight Frank Indonesia mencatat sektor otomotif sebagai salah satu motor penggerak utama ekonomi kawasan industri di Rebana.
Wilayah Subang, khususnya, diprediksi akan menjadi kawasan industri yang berkembang pesat, terutama dengan kehadiran produsen kendaraan listrik seperti BYD dan Vinfast.
Subang menjadi pilihan utama untuk perluasan kawasan industri di sekitar Jabodetabek. Dengan stok lahan yang besar, harga yang kompetitif, serta kedekatannya dengan Pelabuhan Patimban, Subang memiliki prospek cerah sebagai pusat industri otomotif dan ekspor.
Di Majalengka, industri yang akan beroperasi di Kertajati Industrial Estate diperkirakan menciptakan sekitar 20 ribu lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), yang bergerak di industri pengolahan biji kakao dan cokelat, baru saja membuka pabrik baru di Kabupaten Sumedang, mempercepat produk mereka untuk pasar global.
Kawasan Rebana semakin menarik perhatian global setelah Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk Badan Pengelola (BP) Rebana pada 2023.
Dipimpin oleh Bernardus Djonoputro, BP Rebana berhasil mengkoordinasikan 7 pemerintah daerah, provinsi, investor, dan lembaga donor yang berinvestasi di kawasan ini.
Dengan investasi yang mencapai Rp15,4 triliun sepanjang Januari hingga Oktober 2024, kawasan ini tidak hanya menjadi pusat industri masa depan, tetapi juga rumah bagi inovasi manufaktur dan teknologi modern.
Bernardus Djonoputro menjelaskan, kawasan Rebana dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis industri, logistik, dan inovasi teknologi.
"Dengan investasi sebesar Rp15,403 triliun yang telah mengalir, kami fokus menjadikan Rebana sebagai rumah bagi industri masa depan, termasuk manufaktur kendaraan listrik," ucap Bernardus, dikutip
RMOLJabar, Jumat 13 Desember 2024.
"Kawasan Rebana dirancang untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis industri, logistik, dan inovasi teknologi. Dengan investasi sebesar Rp15,403 triliun yang telah mengalir, kami fokus menjadikan Rebana sebagai rumah bagi industri masa depan, termasuk manufaktur kendaraan listrik," sambungnya.
Rebana tidak hanya berfokus pada sektor industri, tetapi juga mengembangkan ekosistem terintegrasi dengan fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja yang berkualitas. Keberadaan BYD di kawasan ini menjadi contoh sukses bagaimana Rebana menarik perhatian investor global.
“Hadirnya BYD adalah bukti bahwa Rebana memiliki daya tarik global. Lokasi strategis, infrastruktur pendukung, dan kebijakan pro-investasi membuat kawasan ini ideal untuk industri manufaktur berteknologi tinggi," terang Bernardus.
Industri manufaktur di kawasan ini juga tumbuh pesat, menciptakan ribuan lapangan kerja baru dan menarik tenaga kerja terampil dari seluruh Indonesia.
"Kami memastikan bahwa tenaga kerja yang tersedia memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri melalui program pelatihan dan pendidikan vokasi," ungkap Bernardus.
Selain itu, lebih dari 475 lembaga pelatihan terakreditasi di kawasan ini menghasilkan lebih dari 90.000 lulusan setiap tahunnya, mendukung terciptanya ekosistem industri yang kompetitif.
"Industri manufaktur di Rebana tumbuh dengan sangat pesat. Kami memastikan bahwa tenaga kerja yang tersedia memiliki kualitas yang sesuai dengan kebutuhan industri melalui program pelatihan dan pendidikan vokasi," ungkap Bernardus.
Melihat perkembangan yang ada, Rebana diproyeksikan menjadi salah satu kawasan ekonomi paling maju di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan, dengan fokus pada industri ramah lingkungan, inovasi teknologi, dan keberlanjutan.
"Kami optimis bahwa Rebana akan menjadi salah satu pusat ekonomi yang tidak hanya berkontribusi bagi Jawa Barat, tetapi juga bagi Indonesia secara keseluruhan. Kami terus berupaya memastikan bahwa investasi yang masuk memberikan manfaat maksimal bagi semua pihak," katanya.
Bernardus menambahkan bahwa konsep BP Rebana bisa menjadi model bagi pengelolaan kawasan aglomerasi di Indonesia.
"Jawa Barat sudah menjadi pionir, karena konsep badan pengelola tak hanya disini tapi juga di New York hingga Toronto. Jadi jika pemerintah akan membentuk kelembagaan yang sama di daerah lain, BP Rebana bisa jadi benchmark," katanya.
Selain itu, Rebana juga mendapat perhatian dari lembaga pendonor global. JICA, misalnya, mendukung penyusunan masterplan dan grand desain kawasan ini.
GIZ, perusahaan internasional yang dimiliki oleh Pemerintah Federal Jerman, berkomitmen mendukung infrastruktur dasar persampahan di Cirebon Raya, sementara World Bank Group memberikan dukungan untuk transformasi perkotaan.
"Ada 5 lembaga donor dunia, 4 partner bidang teknologi hijau, 30 organisasi mitra, BP Rebana dikelola oleh anak-anak muda profesional. Sukses BP Rebana bisa menjadi peluang bagi kaum profesional jika diberi kepercayaan mengelola kelembagaan yang sama di daerah lain," pungkas Bernie.
BERITA TERKAIT: