Sentimen suram kali ini datang dari China, di mana negeri itu melaporkan inflasi November lalu yang jauh lebih rendah ketimbang ekspektasi pasar. Inflasi dilaporkan hanya sebesar 0,2 persen dibanding ekspektasi yang sebesar 0,5 persen sekaligus menandai kian seriusnya lemahnya permintaan di negeri dengan perekonomian terbesar Asia itu.
Situasi kemudian kian buram dengan otoritas Jepang yang mengklaim pertumbuhan ekonominya untuk kuartal ketiga yang sebesar 0,3 persen. Kinerja pertumbuhan ini sesungguhnya masih lebih baik dari ekspektasi investor, namun secara keseluruhan rilis tersebut tidaklah mengejutkan. Sentimen tambahan yang tak.kalah suram.juga datang dari Korea Selatan, di mana usai gagalnya langkah impeachment pada Presiden Yoon Suk Yeol, situasi dan gejolak politik masih jauh dari reda.
Sikap pesimis pelaku pasar di Asia akhirnya sulit bangkit, dan tekanan jual mampu mendominasi jalannya sesi perdagangan. Beruntungnya, di sesi perdagangan sore, pelaku pasar mampu mencoba berbalik hingga membuat indeks menjejak zona hijau. Hingga sesi perdagangan awal pekan ini, Senin 9 Desember 2024 ditutup, Indeks Nikkei (Jepang) naik tipis 0,18 persen di 39.160,5, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) kembali tersungkur parah 2,78 persen di 2.360,8, dan indeks ASX200 (Australia) berakhir flat alias menguat sangat tipis 0,02 persen di 8.423,0.
Kinerja lebih cerah terjadi di Jakarta, dengan kesuraman yang sedikit mereda di Asia mampu ditepis oleh pelaku pasar di Jakarta. Sokongan sentimen domestik dari rilis Indeks keyakinan konsumen yang melonjak tajam hingga kisaran 125 pada November lalu, membuat pelaku pasar di Indonesia mampu berkukuh dengan sikap optimis. Hal ini terlihat dari pola gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) uang mampu konsisten menjejak zona positif di sepanjang sesi perdagangan.
Pantauan dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, IHSG yang membuka sesi pagi dengan sedikit keraguan menyusul serangkaian sentimen global yang kurang menguntungkan, terutama dari kabar terkini dari Timur Tengah di mana Presiden Bashar Assad melarikan diri dan mendapatkan suaka di Rusia. IHSG hanya bergerak flat di awal sesi, namun dengan segera mampu secara perlahan beranjak naik lebih tinggi.
IHSG kemudian konsisten menapak zona penguatan hingga akhirnya menutup sesi sore dengan naik tajam 0,74 persen di 7.437,73. Pantauan lebih rinci dari jalannya sesi perdagangan menunjukkan, kinerja saham AADI kembali mlambung curam 19.74 persen dengan berakhir di Rp9.550.
Pola yang sama kembali terjadi di mana saham AADI tidak tersedia penawaran jual namun antrean penawaran beli di harga tertinggi di Rp9.550 mencapai kisaran 605.992 lot. Saham AADI juga hanya diperdagangkan dalam satu harga di sepanjang sesi hari ini dengan volume perdagangan mencapai kisaran 434.893 lot.
Saham Bank BNI Melompat Tajam
Sesi perdagangan kali ini juga diwarnai kinerja saham PT Bank BNI 46 yang melonjak tajam. Saham berkode BBNI tersebut melambung hingga 3,9 persen setelah menutup sesi di Rp5.050. Lonjakan BBNI ini tercatat seiring dengan tinjauan teknikal yang dimuat RMOL edisi Sabtu lalu. Kinerja fundamental yang dikombinasi dengan situasi dan pola teknikal yang ada membuat saham BBNI masih terlalu murah. Dan gerak naik tajam kali ini sangat wajar dalam perspektif teknikal. kinerja BBNI kali ini, dengan demikian mampu menjinakkan sentimen yang masih suram dari Asia Timur.
Sedangkan kinerja sejumlah saham unggulan terlihat seiring dengan pola gerak IHSG. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan berhasil mencetak lonjakan yang bervariasi, seperti ADRO, BBRI, BMRI, BBCA, BBNI, ASII, INDF, UNTR, JPFA, PGAS serta SMGR dan PTBA.
BERITA TERKAIT: