KTT yang akan dihelat di Rusia itu dilaporkan akan diwarnai rujuknya dua negara raksasa ekonomi-politik Asia yang sedang dalam tensi tinggi, China dan India. Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, kedua negara yang segera mengakhiri perseteruan panas di perbatasan yang telah berlangsung empat tahun.
Namun investor masih mencermati sejauh mana rujuk China-India berdampak pada kinerja perekonomian global. Sikap wait and see akhirnya menjadi pilihan dan gerak Indeks yang mixed di rentang terbatas tak terhindarkan. Hingga sesi perdagangan ditutup, Indeks DJIA turun tipis 0,02 persen di 42.924,89, sementara Indeks S&P500 melemah 0,05 persen di 5.851,2 dan Indeks Nasdaq yang naik moderat 0,18 persen di 18.573,13.
Gerak sempit di sesi Wall Street menjadikan investor di Asia kesulitan menentukan arah gerak. Namun potensi teknikal pasca kemerosotan yang terjadi di sesi perdagangan kemarin membuat pelaku pasar berupaya lebih rasional dalam mengevaluasi tekanan jual.
Kecenderungan indeks untuk menjejak zona positif dalam rentang terbatas akhirnya terjadi. Namun juga masih tersisa tekanan jual hingga sempat menghantarkan Indeks ke zona penurunan tipis. Secara keseluruhan, gerak Indeks terpantau konsisten menjejak di rentang terbatas dengan kecenderungan menguat.
Hingga ulasan ini disunting, Indeks Nikkei (Jepang) menurun signifikan 1,1 persen di 37.987,62, indeks KOSPI (Korea Selatan) melonjak 0,81 persen di 2.591,51 dan indeks ASX200 (Australia) naik tipis 0,11 persen di 8.214,5. Pola gerak ragu pada indeks di Bursa saham utama Asia itu kemudian menjalar hingga sesi perdagangan di Jakarta.
Pantauan menunjukkan, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga konsisten menapak di rentang moderat di sepanjang sesi pagi ini, Rabu 23 Oktober 2024. IHSG kemudian menutup sesi pagi dengan menurun tipis 0,06 persen di 7.784,44. IHSG terpantau sempat menginjak zona hijau hingga menembus level psikologis nya di 7.800 yang diyakini lebih dilatari oleh sentimen pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto.
Pantauan lebih jauh menunjukkan, kinerja ragu IHSG yang tercermin pada gerak saham unggulan yang kembali bervariasi. Sejumlah saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan terpeleset merah, seperti: BBRI, TLKM, BMRI, ADRO, PTBA dan UNTR. Sedangkan saham unggulan lain mampu bertahan positif seperti: BBCA, ASII, INDF, LSIP dan PGAS. Minimnya sentimen yang berkembang membuat saham saham tersebut bergerak positif sekedar mengikuti potensi teknikal nya.
Rujuk China-India Bisa Angkat Rupiah
Situasi kelam terlihat masih berlanjut di pasar uang global. Pelaku pasar kini semakin menantikan serangkaian rilis data perekonomian terkini dan pernyataan dari para petinggi Bank Sentral di Eropa dan Amerika.
Pantauan terkini menunjukkan, mata uang utama dunia yang kembali terperosok dalam sesi perdagangan Selasa malam waktu Indonesia Barat. Kemerosotan tersebut masih bertahan hingga siang ini di sesi perdagangan Asia. Nilai tukar Euro bahkan kini telah menembus ke bawah level psikologis pentingnya di kisaran 1,0800, sedangkan Poundsterling telah stabil di bawah kisaran 1,3000 dan Dolar Australia yang kini karib di bawah kisaran 0,6700.
Kemerosotan mata uang utama dunia tersebut dengan mudah menghadirkan tekanan suram bagi mata uang Asia termasuk Rupiah. Sentimen dari rujuknya India-China yang mungkin mengarah pada peluang kesepakatan mata uang BRICS sebagai tandingan Dolar AS semestinya memberikan harapan cerah bagi Rupiah.
Namun untuk sementara ini, kinerja Rupiah masih lebih bergantung pada sentimen pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo Subianto. Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Rupiah masih bertengger di kisaran Rp15.609 per Dolar AS atau melemah 0,35 persen.
BERITA TERKAIT: