Rumor ini muncul setelah izin operasional Temu kemungkinan tidak akan diberikan pemerintah Indonesia, mengingat aplikasi tersebut dikhawatirkan mengganggu industri UMKM lokal dengan produk impor dari China.
Temu sendiri memiliki konsep untuk menjual barang langsung dari pabrik tanpa melalui perantara penjual, dropshipper ataupun afiliator sehingga membuat harga barang menjadi lebih murah.
Argo Research dalam catatannya mengatakan bahwa BUKA kemungkinan menjadi target akuisisi Temu yang tertarik untuk masuk pasar Indonesia, seperti yang dilakukan oleh TikTok dan Tokopedia.
Rumor ini semakin menguat setelah BUKA tercatat mengalami kerugian tahun ini, yang sebagian besar terjadi karena investasi di Bank Allo (BBHI), di mana BUKA memiliki 11,5 persen kepemilikan saham.
Saham BBHI saat ini diperdagangkan di harga Rp925 per saham, lebih rendah dari harga penutupan di akhir 2023. Spekulasi lain menyebutkan BUKA mungkin menjual BBHI dan fokus memperkuat ekosistem dengan Superbank.
Meski demikian, setelah muncul rumor tersebut, saham BUKA sempat melesat pada penutupan perdagangan Senin, 7 Oktober 2024. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BUKA melambung 25,22 persen ke Rp144 per saham, dengan nilai transaksi tercatat mencapai Rp205,38 miliar dan volume perdagangan 1,52 miliar saham.
Namun, pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 Oktober 2024, BUKA kembali terkoreksi 2,08 persen ke level Rp141 per saham, dengan nilai transaksi Rp110,33 miliar dan volume perdagangan 756,17 juta saham.
BERITA TERKAIT: