Namun perjalanan capres dari Demokrat Kamala Harris dinilai masih terlalu jauh untuk memenangi gelaran pilpres beberapa pekan ke depan. Di tengah masih sengitnya pertarungan pilpres, pelaku pasar mendapatkan suguhan rilis data inflasi terkini AS. Laporan menyebutkan, besaran inflasi AS yang sebesar 0,2 persen pada Agustus lalu yang sesuai dengan ekspektasi pasar.
Rilis data inflasi tersebut sempat mengirim indeks Wall Street terjungkal dalam koreksi curam, namun kemudian berhasil berbalik naik hingga menutup sesi dengan kenaikan signifikan. Hingga sesi perdagangan ditutup, indeks Wall Street masih kompak menginjak zona kenaikan dalam rentang bervariasi.
Indeks DJIA menguat moderat 0,31 persen di 40.861,71, indeks S&P500 melonjak 1,07 persen di 5.554,13, dan indeks Nasdaq melompat tajam 2,17 persen di 17.395,53. Laporan dari jalannya sesi perdagangan menyebutkan, sikap pelaku pasar yang berubah dalam menilai rilis data inflasi. Fokus pelaku pasar disebutkan kini beralih ke prospek pertumbuhan ketimbang sebelumnya yang lebih terarah pada penurunan suku bunga. Indeks Wall Street yang sempat runtuh di pertengahan sesi akhirnya mampu berbalik menguat hingga perdagangan ditutup.
Sentimen positif dari Wall Street ini kemudian disambut dengan gembira pada sesi perdagangan Asia pagi tadi, Kamis 12 September 2024. Seluruh indeks di bursa saham Asia bahkan melonjak lebih curam hingga siang ini. Lonjakan indeks di Asia bahkan terlihat tak memperdulikan sentimen kurang bersahabat dari rilis data indeks harga produsen di Jepang.
Laporan lebih jauh menyebutkan, indeks Harga produsen untuk Agustus lalu yang mencapai 2,5 persen atau di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 2,8 persen. Namun optimisme pelaku pasar terlihat tak terbendung hingga indeks Nikkei di bursa saham Jepang terus melompat curam. Hingga siang ini, Indeks Nikkei melambung 3,25 persen di 36.777,22. Lonjakan tajam juga terjadi di bursa saham Korea Selatan dengan indeks KOSPI melompat 1,51 persen di 2.551,37, sementara indeks ASX200 (Australia) naik 0,62 persen di 8.037,1.
Optimisme di sesi perdagangan Asia kemudian dengan mudah menjalar di bursa saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat konsisten menapak zona hijau di sepanjang sesi perdagangan pagi Ini. IHSG bahkan kembali mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan meninju posisi 7.833,27. IHSG kemudian mengakhiri sesi pagi ini dengan melonjak 0,65 persen di 7.811,48.
Laporan lebih rinci dari jalannya sesi perdagangan di Jakarta menunjukkan, kontribusi signifikan dari saham sektor batubara pada lonjakan IHSG kali ini. Saham ADRO terpantau melambung curam 12,5 persen dengan berada di kisaran Rp3.960. Saham batubara lainnya juga melonjak namun dalam rentang yang tak terlalu mencolok. Seperti: ITMG naik 1,05 persen di Rp26.275, PTBA naik 3,0 persen di Rp2.740, UNTR naik 1,33 persen di Rp26.575, serta HRUM naik 4,26 persen di Rp1.345.
Kukuhnya optimisme kali ini diyakini akan berlanjut hingga sesi perdagangan sore nanti. IHSG bahkan diyakini masih mampu menorehkan rekor tertinggi barunya pada sesi perdagangan sore nanti, seiring dengan tiadanya sentimen negatif yang muncul.
Situasi berlawanan terjadi pada Rupiah, di mana hingga siang ini masih terjebak di zona pelemahan. Sentimen berlanjutnya keruntuhan nilai tukar mata uang utama dunia menjadi dalang pelemahan Rupiah kali ini. Pantauan sebelumnya menyebutkan gerak nilai tukar Euro, Poundsterling dan Dolar Australia yang kembali runtuh meski dalam kisaran yang cenderung terbatas. Keruntuhan mata uang utama dunia tersebut masih berlanjut hingga siang ini di sesi perdagangan Asia.
Akibatnya, pelaku pasar terseret untuk memburu Dolar AS hingga membuat Rupiah terkoreksi. Pantauan juga memperlihatkan, gerak koreksi yang seragam menyeret mata uang Asia meski berada di rentang moderat. Terkhusus pada Rupiah, gerak melemah terlihat konsisten di sepanjang sesi perdagangan pagi ini. Hingga sesi perdagangan siang ini berlangsung, Rupiah masih diperdagangkan di kisaran Rp15.408 per Dolar AS atau melemah tipis 0,08 persen.
Secara keseluruhan, pelaku pasar kini menantikan rilis data indeks harga produsen (PPI) di Amerika Serikat dan keputusan bank Sentral Eropa menyangkut kebijakan moneter pada malam nanti waktu Indonesia Barat, untuk menentukan arah gerak selanjutnya. Namun tinjauan teknikal memperlihatkan, tren penguatan mata uang utama dunia yang masih berlaku, sebagaimana juga terjadi pada Rupiah. Dan gerak melemah pada dua hari sesi perdagangan terakhir terlihat sekedar koreksi teknikal usai melonjak tajam dalam beberapa hari sesi perdagangan sebelumnya.
BERITA TERKAIT: