Dalam dokumen FOMC Minutes yang dirilis menyebutkan, para pimpinan The Fed yang meyakini sejumlah besar data perekonomian terkini yang siap untuk dilakukan penurunan suku bunga. Sikap tersebut menjadikan investor yakin sepenuhnya bahwa pertemuan pimpinan The Fed pada September mendatang akan menghasilkan keputusan penurunan suku bunga.
Optimisme kemudian berlanjut dengan aksi akumulasi dalam taraf yang tak terlalu besar. Situasi ini kemudian menghantarkan gerak naik Indeks kembali terjadi. Indeks DJIA naik tipis 0,14 persen dengan menyisir posisi 40.890,49, Sedangkan Indeks S&P500 terangkat 0,42 persen setelah menutup sesi di 5.620,85, dan indeks Nasdaq yang menanjak 0,57 persen dengan singgah di kisaran 17.918,99.
Lonjakan indeks yang kembali hanya mengandalkan sentimen ekspektasi dari aksi The Fed kali ini terlihat agak dipaksakan, hal Ini terutama terlihat dari gerak naik yang berada di rentang sempit di tengah minimnya sentimen lain. Sementara dari sesi perdagangan after hours Kamis pagi Ini waktu Indonesia Barat terlihat gerak Indeks Wall Street yang masih positif namun berada di rentang yang lebih sempit. Akibat dari situasi ini, sesi perdagangan saham di Asia diyakini akan kembali cenderung terjebak di rentang terbatas.
Pantauan terkini dari jalannya sesi perdagangan di Bursa Utama Asia menunjukkan, indeks Nikkei (Jepang) yang melemah tipis 0,01 persen di 37.947,54, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,33 persen di 2.710,06, dan indeks ASX200 (Australia) naik moderat 0,26 persen di 8.031,00.
Catatan rim riset RMOL memperlihatkan, agenda rilis data perekonomian terkini yang akan mewarnai jalannya sesi perdagangan hari ini, Kamis 22 Agustus 2024. Rilis data tersebut menyangkut Indeks PMI flash untuk wilayah Jerman dan Inggris pada sore hari sekitar jam 14.00wib hingga jam 16.00wib, serta Amerika Serikat yang akan dirilis pada jam 20.45 WIB. Perhatian investor di Asia diperkirakan akan lebih tertuju pada rilis data tersebut disamping bekal positif dari Wall Street.
Terkhusus pada Bursa saham Indonesia, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan mengikuti irama di Asia, namun sentimen domestik akan kembali mewarnai sesi perdagangan kali ini. Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, langkah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terkesan mendapat persetujuan dari Presiden Jokowi dan dinilai menganulir keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pilkada, kini telah memantik risiko aksi massa turun ke jalan. Situasi perpolitikan nasional kini terlihat kian berisiko untuk lebih memanas.
Pelaku pasar di Jakarta sangat mungkin akan memberikan porsi perhatian pada sentimen domestik tersebut. Namun secara keseluruhan, prospek IHSG Masih cenderung positif meski dalam rentang moderat. Gerak IHSG berisiko mememui situasi rawana.bila memanasnya suhu politik sulit dikendalikan.
Rupiah Masih ProspektifSituasi sedikit berbeda diperkirakan akan hinggap di pasar uang Asia. Sentimen dari kembali melemahnya Indeks Dolar AS diyakini akan memberikan bekal penting bagi mata uang Asia untuk kembali membukukan penguatan. Laporan lebih jauh menyebutkan, seluruh mata uang utama Dunia yang kembali berhasil melonjak hingga melampaui level psikologis nya masing-masing.
Mata uang Euro hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia terlihat telah berada di kisaran 1,1150-an setelah pada Kamis dinihari menjangkau kisaran 1,1173, sementara mata uang Poundsterling kini berada di kisaran 1,3091 setelah sebelumnya menembus level psikologis pentingnya di kisaran 1,3100.
Penguatan mata uang utama Dunia yang relatif Masih mampu bertahan hingga pagi ini di Asia akan menjadi penopang bagi mata uang Asia untuk menguat. Hal yang sama berlaku bagi Rupiah yang pada sesi perdagangan kemarin terseret di zona merah akibat potensi teknikal nya.
Tinjauan teknikal terkini tim riset RMOL menunjukkan, tren penguatan Rupiah yang Masih solid yang sekaligus mengindikasikan peluang besar bagi Rupiah untuk mengkandaskan Dolar AS lebih jauh. Rupiah bahkan kini Masih berpeluang untuk menghantarkan Dolar AS di kisaran Rp15.000.
BERITA TERKAIT: