Sementara sesi perdagangan penutupan pekan lalu di Wall Street gagal memberikan arahan dengan hanya berakhir di zona kenaikan moderat, pelaku pasar akhirnya mengandalkan sentimen domestik yang ternyata juga minim atau bahkan tidak ada. Laporan dari sesi perdagangan di Bursa saham Jepang memperlihatkan, gerak indeks Nikkei yang mondar-mandir dari zona merah ke hijau dan kemudian berbalik ke zona penurunan. Indeks Nikkei kemudian menutup sesi dengan merosot tajam 1,77 persen dengan singgah di 37.388,62. Penurunan dalam taraf lebih moderat terjadi pada indeks KOSPI (Korea Selatan) yang terkoreksi 0,85 persen setelah berakhir di 2.674,36.
Pantauan menunjukkan, gerak turun indeks KOSPI yang lebih dilatari potensi teknikalnya usai mengalami lonjakan signifikan pada sesi perdagangan pekan lalu. Sementara keruntuhan indeks Nikkei didalangi rilis data permintaan permesinan Jepang yang secara mengejutkan mengalami penurunan sebesar 1,7 persen untuk bulan Juni lalu. Penurunan tersebut terpaut jauh dibanding ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 1,8 persen. Pelaku pasar akhirnya mengguyurkan aksi jual untuk meruntuhkan indeks Nikkei secara tajam.
Sementara dari bursa saham Australia, indeks ASX200 hanya mampu naik tipis 0,12 persen di 7.980,4 seiring dengan minim nya sentimen yang berkembang. Dengan situasi bursa regional yang sama sekali tidak memberikan arahan jelas, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya bergerak sesuai dengan perkiraan, terjebak dalam rentang sempit. Pantauan menunjukkan, gerak IHSG yang konsisten berada di rentang terbatas secara konsisten di sepanjang sesi perdagangan. IHSG terlihat berulangkali mencium zona merah namun selalu mampu beralih ke zona penguatan. Menjelang pertengahan sesi perdagangan sore, IHSG terlihat konsisten menginjak zona pelemahan moderat.
IHSG kemudian menutup sesi dengan naik moderat 0,47 persen di 7.466,8. Gerak naik lebih tinggi IHSG terlihat terjadi pada detik-detik menjelang sesi perdagangan ditutup. Pantauan lebih rinci memperlihatkan, gerak sejumlah saham unggulan yang masih mencoba bertahan hijau dalam rentang bervariasi, namun sebagian saham unggulan lain terperosok turun. Saham BMRI, BBCA, BBNI, SMGR ASII, PGAS tercatat mampu bertahan positif. Sedangkan saham unggulan lain seperti: BBRI, TLKM, serta INDF dan UNVR terseret turun. Bervariasinya gerak saham unggulan tersebut mencerminkan gagalnya pelaku pasar mendapatkan arahan dari sentimen domestik, sekalipun tersedia kabar dari situasi perpolitikan nasional terkini.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, Presiden Jokowi akhirnya melakukan Reshuffle kabinetnya dua bulan menjelang lengser. Dua Menteri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akhirnya dicopot. Situasi ini mengindikasikan kian panasnya relasi Jokowi dengan PDIP yang merupakan partai yang membesarkannya yang identik dengan warns merah.
Langkah Reshuffle oleh Jokowi kali ini selain menunjukkan betapa Jokowi kini sangat bertaring di hadapan partai yang membesarkannya, juga memperlihatkan betapa kian kukuhnya posisi Prabowo Subianto sebagai Presiden terpilih.
Betapapun, dinamika perpolitikan nasional gagal menghadirkan gerak tajam pada IHSG hari ini. IHSG terlihat hanya mondar-mandir antara zona hijau dan merah dalam rentang terbatas.
Dolar AS Tunduk di Rp15.500-anKabar mengejutkan datang dari pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah mampu membukukan lonjakan tajam. Pantauan menunjukkan, gerak menguat Rupiah yang seiring dengan peralihan yang terjadi di pasar global. Seluruh mata uang utama Dunia terlihat melonjak signifikan hingga sesi perdagangan sore ini di Asia. Mata uang Euro terpantau semakin meninggalkan level psikologis nya di kisaran 1,1000 untuk kini menatap level psikologis berikutnya di 1,1100. Sedangkan mata uang Poundsterling mulai mengintai level psikologis berikutnya di kisaran 1,3000.
Situasi ini kemudian menjalar pada mata uang Asia, di mana mata uang Baht Thailand memimpin penguatan setelah melambung curam 1,3 persen dan diikuti Ringgit Malaysia yang melompat 1,17 persen. Rupiah akhirnya turut terangkat untuk melonjak tajam. Hingga ulasan Ini disunting, Rupiah tercatat melompat tajam 0,85 persen di Rp15.550 per Dolar AS.
Secara keseluruhan, pelaku pasar terlihat mencoba bertaruh pada sentimen pernyataan Bank Sentral AS, The Fed, yang akan merilis pernyataan pentingnya pada Kamis dini hari jam 01.00 waktu Indonesia Barat. Pelaku pasar mencoba mengantisipasi pernyataan lebih jelas terkait penurunan suku bunga.
Namun tinjauan teknikal terkini tim riset RMOL menunjukkan, gerak menguat seluruh mata uang dunia kali ini cukup rentan untuk segera berbalik. Hal Ini terutama dilihat dari indikator sentimen spekulatif indeks yang memperlihatkan sinyal bullish yang belum meyakinkan di hampir seluruh mata uang utama dunia. Sinyal bullish yang terdeteksi masih belum cukup solid atau meyakinkan. Gerak balik pelemahan, terutama pada mata uang utama dunia seperti Euro, Pound, Dolar Australia dan Dolar Kanada, oleh karenanya sangat mungkin terjadi dalam kurun waktu kurang dari 72 jam atau bahkan kurang dari 24 jam.
BERITA TERKAIT: