Namun kepanikan tetap tak terbendung di sesi perdagangan sebelumnya. Kini, sikap investor terlihat mulai lebih rasional dan mencurigai ancaman resesi yang mungkin masih sekedar omon-omon. Peralihan sikap pelaku pasar ini terutama terlihat dari gerak Indeks Wall Street di sesi pre-market yang kompak menginjak zona penguatan signifikan.
Peralihan sikap tersebut kemudian direspon dengan cepat oleh investor di Asia pada sesi perdagangan hari kedua pekan ini, Selasa 6 Agustus 2024. Aksi akumulasi secara agresif hingga melonjakkan indeks dalam taraf sangat tajam, akhirnya terjadi terutama di bursa saham Jepang, yang pada hari sebelumnya terjungkal dalam koreksi paling brutal sepanjang sejarah.
Hingga sesi perdagangan ditutup, Indeks Nikkei melambung ekstrim 10,23 persen untuk berakhir di 34.675,46. Gerak naik tajam namun dalam taraf yang lebih moderat terjadi di bursa saham Korea Selatan, di mana Indeks KOSPI melompat 3,3 persen setelah parkir di kisaran 2.522,15. Sedangkan indeks ASX 200 (Australia) naik moderat 0,41 persen di 7.680,6.
Laporan terkait dari jalannya sesi perdagangan menyebutkan, gerak naik tajam Indeks Nikkei yang kali ini mendapatkan topangan dari pasar uang, di mana nilai tukar mata uang Yen berbalik melemah setelah melonjak ekstrim pada sesi perdagangan kemarin. Sementara sentimen dari Australia datang dari kebijakan bank Sentral negeri Kanguru itu yang mempertahankan besaran suku bunga.
Secara keseluruhan, rebound teknikal di berbagai indeks di Asia masih jauh dari titik tertinggi yang dicetak beberapa hari sebelumnya. Namun lonjakan signifikan yang terjadi telah membuat gerak koreksi teknikal yang wajar usai membukukan rekor.
Pola yang tak jauh berbeda terjadi di bursa saham Indonesia, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan lonjakan signifikan. Pantauan menunjukkan, gerak IHSG yang mampu konsisten menapak zona penguatan tajam di sepanjang sesi perdagangan.
IHSG kemudian menutup sesi perdagangan dengan melonjak tajam 0,99 persen untuk menginjak posisi 7.129,2. Pantauan lebih rinci memperlihatkan, seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan kompak membukukan kenaikan yang bervariasi.
Saham ADRO naik 2,91 persen di Rp3.180, BBRI naik 1,54 persen di Rp4.600, BMRI naik 0,76 persen di Rp6.625, BBCA naik 1,26 persen di Rp10.000, ASII naik 1,09 persen di Rp4.610, BBNI naik 1,31 persen di Rp5.025, ICBP naik 0,91 persen di Rp11.000, SMGR naik 0,26 persen di Rp3.790, dan INDF naik 0,82 persen di Rp6.100.
Pantauan juga menunjukkan, gerak naik IHSG yang kali ini sebanding dengan kenaikan pada indeks IDXHIDIV20, IDXBUMN20, IDXV30 serta IDXG30. IDXHIDIV20 naik 1,0 persen di 538,2, IDXBUMN20 naik 1,09 persen di 380,2, IDXV30 naik 0,88 persen di 127,7, dan IDXG30 naik 0,99 persen di 147,5.
Rupiah Gagal Melonjak TajamGerak kalem terjadi di pasar uang dengan nilai tukar Rupiah yang sempat menginjak zona pelemahan terbatas namun kemudian mampu beralih ke zona penguatan moderat. Pola gerak Rupiah terlihat seiring dengan irama yang terjadi di pasar global, di mana mata uang utama Dunia terlihat kekurangan energi untuk melanjutkan gerak penguatan lebih jauh.
Hingga sesi perdagangan sore di Asia, mata uang Euro, Pound, Dolar Kanada dan Dolar Australia terlihat masih bergerak bervariasi dalam rentang yang cenderung moderat. Gerak tajam hanya terjadi pada mata uang Yen, pair USDJPY, yang melakukan rebound teknikal usai longsor ekstrim di sesi perdagangan kemarin. Sementara gerak nilai tukar Ringgit Malaysia kini tercatat sebagai yang terlemah di Asia setelah dalam beberapa hari sebelumnya memimpin penguatan di Asia.
Terkhusus pada mata uang Indonesia, hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp16.160 per Dolar AS atau menguat 0,12 persen. Potensi teknikal Rupiah untuk membukukan penguatan tajam terhalangi oleh peralihan sentimen di pasar global yang menghentikan gerak positif lebih lanjut. Pola teknikal pada Rupiah, kini semakin rentan untuk mengakhiri tren penguatan dalam beberapa hari sesi perdagangan ke depan.
BERITA TERKAIT: