Dikutip dari
Reuters, Jumat (2/8), Ortberg akan memulai tugasnya pada 8 Agustus mendatang setelah CEO Boeing saat ini, Dave Calhoun, pensiun.
Pria bergelar sarjana teknik mesin itu berencana untuk berkantor di Seattle, tempat jet 737 MAX dan 777 diproduksi.
"Saya merasa sangat terhormat dan rendah hati untuk bergabung dengan perusahaan ikonik ini," kata Ortberg dalam pernyataan dari perusahaan tersebut.
"Boeing memiliki sejarah yang luar biasa dan kaya sebagai pemimpin dan pelopor dalam industri kita, dan saya berkomitmen untuk bekerja sama dengan lebih dari 170.000 karyawan perusahaan yang berdedikasi untuk melanjutkan tradisi itu, dengan mengutamakan keselamatan dan kualitas," ujarnya.
Ortberg, yang mencatat bahwa "masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan" di Boeing, memiliki latar belakang yang dapat menjadi penyemangat bagi sebagian staf yang mengkritik manajemen Boeing karena terlalu menekankan keuangan daripada kualitas teknik.
Ortberg mulai bekerja di industri penerbangan pada 1983 sebagai teknisi di Texas Instruments, lalu bergabung dengan Rockwell Collins pada tahun 1987 sebagai manajer program. Ia menjadi CEO Rockwell Collins pada 2013, dan pensiun dari perusahaan tersebut pada 2021.
"Kelly adalah pemimpin berpengalaman yang sangat dihormati di industri kedirgantaraan, dengan reputasi yang baik dalam membangun tim yang kuat dan menjalankan perusahaan rekayasa dan manufaktur yang kompleks," kata Ketua Boeing Steven Mollenkopf dalam sebuah pernyataan.
"Kami berharap dapat bekerja sama dengannya saat ia memimpin Boeing melalui periode penting dalam sejarahnya yang panjang ini,"
ujarnya.
Ortberg akan memiliki daftar tugas yang Panjang dan berat ke depan, di mana ia harus memperbaiki masalah di Boeing, yang belum membukukan tahun yang menguntungkan sejak 2019.
Sejak saat itu, kerugian operasional intinya mencapai 33,3 miliar dolar AS, termasuk kerugian yang diumumkan pekan lalu. Kerugian itu jauh lebih besar dari perkiraan analis.
Boeing juga dipastikan akan kesulitan kembali meraih keuntungan hingga dapat meyakinkan regulator bahwa mereka telah memperbaiki masalah terkait keselamatan dan kualitas jet mereka.
Perusahaan tersebut telah mengakui bahwa dua kecelakaan 737 Max pada Oktober 2018 dan Maret 2019 yang menewaskan total 346 orang disebabkan oleh cacat desain. Kecelakaan dan waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki desain tersebut menghabiskan biaya perusahaan lebih dari 20 miliar dolar AS.
BERITA TERKAIT: