Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kemenkeu: Neraca Perdagangan RI Surplus, Tetap Harus Waspadai Ekonomi Global yang Melambat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 20 Juni 2024, 13:37 WIB
Kemenkeu: Neraca Perdagangan RI Surplus, Tetap Harus Waspadai Ekonomi Global yang Melambat
Ilustrasi/Net
rmol news logo Surplus neraca perdagangan yang bertahan selama 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 menjadi bukti ketahanan perekonomian Indonesia.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan per Mei 2024 tercatat surplus sebesar 2,93 miliar dolar AS.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan, meski surplusnya neraca perdagangan ini menunjukkan bahwa ketahanan ekonomi masih kuat, Pemerintah tetap mewaspadai ekonomi global yang masih mengalami perlambatan.

“Kinerja perdagangan Indonesia mencatatkan surplus di tengah aktivitas ekonomi global yang masih melambat. Hal ini memberikan indikasi bahwa ketahanan ekonomi kita cukup kuat, namun kita harus tetap waspada dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Febrio dalam keterangannya, Kamis (20/6).

Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat 22,33 miliar dolar AS, naik 2,86 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) yang didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas 2,50 persen yoy dan ekspor migas 8,44 persen yoy.

Kenaikan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh peningkatan mayoritas komoditas utama seperti besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, serta nikel dan barang daripadanya.

Sementara kenaikan ekspor migas didorong oleh peningkatan ekspor minyak mentah dan gas alam di tengah penurunan ekspor hasil minyak.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia sejak Januari hingga Mei 2024 tercatat sebesar 104,25 miliar dolar AS dengan negara tujuan ekspor terbesar ke China, disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang.

Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar 19,40 miliar dolar AS, turun 8,83 persen yoy. Kontraksi ini disebabkan penurunan mayoritas komoditas utama impor, seperti kendaraan dan bagiannya, besi dan baja, mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan perlengkapan elektrik. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA