Dikutip dari Reuters, Jumat (17/5), harga minyak mentah Brent 0,25 persen ke 83,48 dolar AS (Rp1,33 juta) per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS dibanderol 79,30 dolar AS (Rp1,26 juta) per barel atau naik 0,09 persen.
Dengan kenaikan itu, Brent berjangka diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 1 persen pada minggu ini. Sementara itu, WTI diperkirakan naik 1,4 persen.
Analis menyebut kenaikan harga minyak ini dipicu oleh data inflasi di AS yang lebih lemah dari perkiraan pasar.
Data itu meningkatkan ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menurunkan bunga acuan lebih cepat.
Diketahui, suku bunga lebih rendah dapat membantu melemahkan dolar AS, sehingga akan membuat minyak lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain.
Selain itu, penguatan ini juga diprediksi terjadi karena perekonomian China yang mulai pulih, yang diyakini akan berdampak pada peningkatan permintaan minyak ke depannya.
"Pasar juga didukung oleh pertumbuhan output industri Tiongkok sebesar 6,7 persen secara tahunan (yoy) di bulan April seiring dengan semakin cepatnya pemulihan di sektor manufaktur, yang menunjukkan kemungkinan permintaan yang lebih kuat di masa depan," kata analis pasar senior OANDA Kelvin Wong.
BERITA TERKAIT: