Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Meski Ekspor-Impor Kembali Tumbuh, China Masih Perlu Banyak Stimulus Kebijakan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/alifia-dwi-ramandhita-1'>ALIFIA DWI RAMANDHITA</a>
LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA
  • Jumat, 10 Mei 2024, 16:03 WIB
Meski Ekspor-Impor Kembali Tumbuh, China Masih Perlu Banyak Stimulus Kebijakan
Ilustrasi/Net
rmol news logo Ekspor dan impor China terpantau kembali tumbuh pada April setelah mengalami kontraksi pada bulan sebelumnya.

Hal tersebut menandakan adanya peningkatan untuk permintaan baik di dalam maupun di luar negeri.

Dalam data terbaru, ekspor China tercatat tumbuh 1,5 persen secara tahunan (yoy) pada bulan lalu, sejalan dengan perkiraan peningkatan dalam jajak pendapat para ekonom Reuters.

Sementara untuk Impor April terpantau meningkat 8,4 persen, mengalahkan perkiraan kenaikan sebesar 4,8 persen dan membalikkan penurunan sebesar 1,9 persen di Maret.

"Nilai ekspor kembali mengalami pertumbuhan dari kontraksi bulan lalu, namun hal ini terutama disebabkan oleh dasar perbandingan yang lebih rendah," kata Ekonom di Capital Economics Huang Zichun, dilansir Business Times, Jumat (10/5).

"Setelah memperhitungkan perubahan harga ekspor dan musiman, kami memperkirakan volume ekspor secara umum tidak berubah dibandingkan Maret,” tambahnya.

Lebih lanjut, pada kuartal pertama ini, impor dan ekspor China naik 1,5 persen yoy yang didukung oleh data perdagangan yang lebih baik dari perkiraan selama periode Januari-Februari. Namun angka yang lemah pada Maret menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi dapat kembali melemah.

Data terbaru itu diyakini dapat kembali memulihkan kepercayaan investor dan konsumen terhadap perekonomian China. Meski demikian, para analis sendiri masih belum yakin apakah lonjakan perdagangan tersebut akan meneruskan tren kelanjutannya.

Selain itu, krisis properti yang berkepanjangan disebut masih menjadi hambatan terhadap kepercayaan masyarakat secara keseluruhan, sehingga memicu seruan untuk lebih banyak stimulus kebijakan.

Lembaga pemeringkat Fitch bahkan telah memangkas prospek peringkat kredit negara China menjadi negatif pada bulan lalu, dengan alasan adanya risiko terhadap keuangan publik karena melambatnya pertumbuhan dan meningkatnya utang pemerintah. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA