Apresiasi disampaikan langsung Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Sigit Reliantoro di sela-sela Festival Pengendalian Lingkungan yang dilaksanakan KLHK di Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat, pada Selasa (23/4).
Festival itu sendiri memiliki salah satu agenda rapat kerja teknis (rakernis) yang bertujuan penyelarasan kebijakan pengendalian pencemaran, kerusakan lingkungan dan pembinaan pemerintah daerah, serta dimeriahkan dengan pameran dan side event.
Dalam kesempatan itu, MIND ID memaparkan berbagai upaya pelestarian keanekaragaman hayati dari beberapa program perusahaan yang bertujuan mengembalikan fungsi ekosistem pascatambang.
Menurut Sigit, MIND ID telah melakukan berbagai kegiatan yang baik pascatambang di lingkungan mereka dan juga berdampak positif pada masyarakat sekitar.
“Jadi, kalau dilihat memang tambang memiliki karakteristik sendiri sehingga pendekatannya memang lebih kepada pendekatan untuk membantu masyarakat di ring 1, yang berbeda dengan industri manufaktur di mana punya sub legend yang lebih banyak dibanding dengan masyarakat di ring 1,” kata Sigit.
Sigit melihat apa yang dilakukan MIND ID melalui anggota holdingnya telah melaksanakan pengendalian lingkungan secara tepat.
“Sehingga kalau dilihat yang dilakukan teman-teman community development di masyarakat ring 1 dan ring 2 sudah dilakukan secara baik terutama untuk menyiapkan masyarakat pasca tambangnya juga mulai dipirkan. Misalnya, membuat menggunakan air danau air bekas tambangnya untuk kebutuhan air,” ujarnya.
Sigit melanjutkan, upaya lain yang diapresiasi Dirjen PPKL di antaranya, kinerja lingkungan yang berhasil dilakukan Anggota Grup MIND ID melalui PT Bukit Asam (PTBA) dalam mengelola air tambang berkelanjutan lewat implementasi constructed wetland atau lahan basah buatan.
Menurutnya, constructed wetland oleh Bukit Asam telah dapat dijadikan model percontohan bagi pelaku tambang mineral lain.
"Di tempat-tempat yang lain dan memang progresnya masih perlu ditingkatkan lagi untuk mengadopsi teknologi itu,” ucapnya.
Dengan perencanaan awal yang baik, lanjut Sigit, daerah yang tergenang dan daerah yang akan digunakan untuk produksi sudah diidentifikasi.
“Begitu didesain kemudian ada tumbuh-tumbuhan yang tumbuh, maka sebenarnya 15 tahun ke depan sudah jadi hutan wetland gitu,” pungkas.
BERITA TERKAIT: