Dalam laporan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI), realisasi tersebut lebih rendah dari target yang ditetapkan BI sebesar Rp474 triliun dan lebih rendah dari realisasi 2022 Rp476,3 triliun.
Namun, berdasarkan volume transaksi, Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, melaporkan nilai transaksi mencapai 3,71 miliar. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2022 yang sebesar 3,49 miliar.
“Secara nominal (e-commerce) mencapai Rp453,75 triliun, in term of volume itu mencapai 3,71 miliar. Nah jadi ini trennya memang meningkat terus gitu, karena memang ada perubahan behavior daripada masyarakat,” ujar Fili dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur, dikutip Senin (22/1).
Merespons hal tersebut, Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengatakan bahwa BI akan terus mengakselerasi transaksi digital.
Menurutnya, transaksi e-commerce turut menekan laju inflasi, karena memicu kompetisi harga, terlebih dominasi penduduk Indonesia merupakan generasi milenial yang melek digital.
“Kompetisi harga ini yang terus menurunkan inflasi. Khususnya inflasi inti. Sekarang 70 persen penduduk Indonesia adalah milenial. Jika tiap tahun naik 2 persen dan dalam 5 tahun kedepan mayoritas penduduk milenial,” kata Perry.
Seperti diketahui, nilai transaksi digital banking tercatat sebesar Rp58.478,24 triliun atau tumbuh sebesar 13,48 persen yoy.
Sementara nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 43,45 persen yoy, sehingga mencapai Rp835,84 triliun.
Kemudian, mominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 130,01 persen yoy dan mencapai Rp229,96 triliun, dengan jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.
BERITA TERKAIT: