Di antara banyaknya pilihan saham, yang diprediksi akan meraup cuan besar pada tahun ini yaitu saham blue chip, atau saham lapis satu yang biasanya memiliki kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun, dan dipastikan memiliki fundamental yang kuat.
Di sepanjang tahun lalu, ada 11 sektor yang tercatat melonjak secara signifikan, yaitu sektor infrastruktur. Catatan itu tercermin dari laju IDX Infrastructures yang meroket 80,75 persen, jauh meninggalkan indeks sektoral lainnya.
Sementara, posisi kedua diduduki oleh sektor barang baku (basic materials), dengan pertumbuhan 7,51 persen, yang diikuti oleh sektor keuangan dengan kenaikan sebesar 3,07 persen.
CEO Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo mengamati kinerja sektoral dan penguatan IHSG tahun 2023 cenderung ditopang oleh saham-saham yang baru di BEI, khususnya PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).
"Penguatan pada saham-saham tersebut mendorong sektor infrastruktur yang menguat hingga 80,75 persen dan sektor barang baku naik 7,51 persen," kata Praska, seperti dikutip Selasa (9/1).
Meski demikian, sektor lain juga berpotensi naik daun, seperti properti. Menurut Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, sektor properti menarik untuk diperhatikan seiring adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan, serta intensif Pajak Pertambahan Nilai dari pemerintah.
Selain itu, sektor unggulan lainnya yaitu sektor keuangan, terutama saham perbankan juga disebut menunjukkan stabilitas kinerja di tengah volatilitas pasar dan situasi ekonomi.
"Momentum Pemilu berpengaruh positif bagi konsumsi, serta meningkatkan permintaan kredit," tambah Ratih.
Adapun saham berkode BBRI, ASII, INDF, BBCA, EXCL, TLKM, AMRT yang merupakan beberapa contoh saham blue chip di BEI masih menjadi rekomendasi saham yang diprediksi akan menyerok cuan di 2024 ini.
Dengan proyeksi tersebut, Praska turut melirik saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Di sisi lain, Equity Analyst & Economist KGI Sekuritas Indonesia, Rovandi menjagokan saham-saham di industri nikel dan kendaraan listrik (EV). Dia membagi ke dalam tiga segmen, yakni bahan baku, produk EV baterai dan sepeda/motor listrik, serta emiten komponen EV.
"Kami melihat tahun 2024 semua saham di sektor ini berpotensi mengalami kenaikan, terutama di bagian bahan baku yang lebih mature," kata Rovandi.
Saham pilihannya yang terdiri dari sektor barang baku ada PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).
Selanjutnya, ada PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) dan PT Indika Energy Tbk (INDY) di sektor energi. Lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) dari sektor teknologi.
Kemudian, komponen otomotif dari sektor konsumsi non-primer, yakni PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA).
BERITA TERKAIT: