Kapitalisme pasar Starbucks di Wall Street diketahui anjlok hingga 12 miliar dolar (Rp186,38 triliun).
Penurunan tersebut terjadi setelah saham Starbucks ambles sebesar 1,6 persen pada Senin (4/12), atau menurun 11 sesi berturut-turut.
“Data penjualan pihak ketiga mengisyaratkan adanya perlambatan material di Starbucks pada bulan November, setelah raksasa kopi tersebut menghasilkan pertumbuhan penjualan yang kuat sebesar 8 persen pada kuartal fiskal keempat,” tulis Analis JPMorgan Chase & Co. John Ivankoe dilansir
Bloomberg, Senin (11/12).
Perlambatan penjualan itu terjadi selama tiga minggu berturut-berturut di tengah aksi boikot dan pemogokan buruh baru-baru ini, termasuk Hari Piala Merah pada (16/11), yang telah memengaruhi 200 lokasi outlet di AS.
Tahun ini, secara keseluruhan saham Starbucks turun 1,6 persen tahun ini, dibandingkan dengan kenaikan 11 persen pada Indeks Restoran Komposit S&P 1500.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: