Hal tersebut disampaikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri BNI Investor Summit di Jakarta pada Selasa (24/10).
"Perubahan iklim yang dulunya kita anggap sesuatu yang masih absurd, sekarang sudah nyata. Kekeringan super El Nino betul-betul kita rasakan dan produksi beras turun hampir di semua negara. 22 negara mengerem, menyetop, tidak mengekspor berasnya lagi," ujar Jokowi.
Menurut Jokowi tantangan ekonomi ke depan akan semakin berat dan bertambah, imbas dari gejolak yang terjadi di dunia seperti perubahan iklim hingga perang.
Dikatakan Jokowi, peperangan yang terjadi di Ukraina, dan terbaru di Jalur Gaza yang belum jelas kapan akan berakhir dikhawatirkan akan melebar, yang semakin membuat kondisi geopolitik semakin sulit, bahkan menyebabkan harga minyak melonjak.
"Kondisi itu akan semakin merumitkan masalah ekonomi semua negara karena harga minyak pasti naik," kata Jokowi.
"Saya cek kemarin harga (Minyak) Brent masih 89 dolar (Rp 1,4 juta) per barrel tapi kalau meluas seperti tadi yang saya sampaikan kita nggak ngerti, bisa mencapai 150 dolar (Rp 2,3 juta) per barrel. ini harus kita waspadai," tambahnya.
Untuk itu, Jokowi memperingatkan kepada semua pihak untuk mewaspadai sentimen ini terhadap ekonomi dalam negeri, baik dalam sisi moneter maupun fiskal.
Menurutnya meski Indonesia sudah memiliki arah kebijakan atau peta jalan untuk menopang ekonomi di masa depan seperti hilirisasi, namun rencana itu masih harus diawasi dengan detail dalam implementasinya.
BERITA TERKAIT: