Peru memiliki banyak perusahaan farmasi lokal, belum ada yang bisa memproduksi obat TBC.
"Kami sudah cukup lama memproduksi obat TBC untuk dewasa dan juga anak. Kami difasilitasi Kementerian Luar Negeri untuk kerja sama Peru dengan Indonesia, sementara Phapros dengan Kementerian Kesehatan Peru," kata Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami seusai pelepasan truk ekspedisi, di gudang produk jadi Phapros, Kawasan Industri Candi Semarang, Senin (28/10).
"Total nilai ekspor ke Peru masih di bawah Rp 5 miliar, namun di masa depan kami optimistis nilainya bisa lebih besar seiring dengan adanya proyek tender pemerintah negara setempat. Dengan upaya peningkatan ekspor ini, ke depannya kami juga berharap bisa menargetkan kontribusi ekspor dalam penjualan hingga di atas 5 persen," ujar Emmy sapaan akrabnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi kasus TBC di Peru merupakan yang tertinggi di wilayah Amerika dengan tingkat keberhasilan pengobatannya cenderung lambat hanya sekitar 1,5 persen per tahun (angka tersebut ditingkatkan hingga 4-5 persen) untuk mengakhiri epidemi TBC dan penyakit menular lainnya di 2030.
"Indonesia sendiri, jumlah penderita TBC merupakan ketiga setelah India dan China. Permasalahannya banyak yang malu untuk ke dokter. Padahal obatnya gratis, bahkan ada bantuan transport agar penderita rajin ke Puskesmas. Yang pasti, TBC bisa disembuhkan dan akan lebih cepat jika dilakukan pengobatan sejak dini," jelas Emmy.
BERITA TERKAIT: