Direktur Inovasi Kerja Sama dan Kealumnian (IKK) ITS, Arman Hakim Nasution menyebut ISS 2019 memberi gambaran setahun usia roadmap pengembangan Industri Indonesia berbasis teknologi IOT, atau yang dikenal sebagai roadmap Making Indonesia 4.0. Konsep strategis ini sebagaimana diperkenalkan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto sebagai salam 4 jari, merujuk nomor urut parpol Gokar dalam Pemilu 2019.
"
Progress roadmap Making Indonesia 4.0 (selanjutnya disingkat MI 4.0) sebenarnya perlu diacungi empat jempol dari kaki dan tangan. Mengapa demikian? inilah roadmap yang hanya dalam setahun telah mampu menelurkan hasil initial assesment kesiapan menuju era 4.0 dalam bentuk indeks INDI 4.0 (Indonesia Idustry 4.0 Readiness Index)," terangnya. Â
INDI 4.0 disusun Kemenperin bersama lembaga konsultan manajemen terkemuka McKinsey. Di antara negara-negara WEF, hanya Singapura dan Indonesia yang memilikinya.
Berbasis mapping tersebut, langkah strategis MI 4.0 akan memiliki acuan dan terukur untuk mencapai tujuan yang dicanangkan Presiden Jokowi agar Indonesia menjadi 10 negara ekonomi dunia pada tahun 2030.
"Apakah visi tersebut sekedar mimpi? Secara prediksi dengan mempertimbangkan dukungan strategis, visi tersebut bisa dicapai," tegasnya.
Dukungan strategis yang dimaksudnya meliputi pertama, adanya potensi bonus demografi pada tahun 2030 di mana jumlah kalangan muda (millenial) berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan golongan tua yang non produktif.
Kedua, potensi infrastruktur koneksi internet Indonesia yang masuk ranking 100 dunia, di mana untuk fixed broadband posisinya pada ranking 89 (2016) dengan kecepatan 13,30 mbps. Meskipun demikian, Arman menilai, potensi infrastruktur ini perlu ditingkatkan agar sejajar dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.
Ketiga, kreativitas SDM yang secara empiris baru bisa disimpulkan dari banyaknya anak muda yang punya potensi "ngulik" (membedah program komputer dan membuat interface) sambil nongkrong di cafe-cafe.
"Berbicara masalah kreativitas SDM, saya punya sahabat namanya Firdaus, seorang pakar programming yang sudah mapan dan bekerja di software house," tutur Arman.
Suatu saat, lanjut Arman, Firdaus menyatakan diri mundur bekerja dengan alasan ingin berwirausaha membuka house of ice cream di kota kecil di Jawa Timur.
Sang pemilik software house berusaha menahan si Firdaus dengan melipatgandakan gajinya dua kali, tetapi ia tidak bergeming.
"Tiga tahun kemudian, saya ketemu Firdus di house of ice creamnya yang sudah laris, sambil mengamati istri, anak, dan pegawainya bekerja, si Firdaus ternyata menjadi programer online Yahoo dan Google dengan pendapatan tidak kalah dibandingkan saat menjadi pegawai kantoran," kata Arman mengisahkan.
Dari kisah pengalaman sahabatnya itu, ia yakin banyak Firdaus-Firdaus lain yang akan bisa dijaring di kalangan milenial dalam skema MI 4.0 IDOL. Namun tentunya Indeks Kreativitas Millenial perlu diluncurkan agar potensi kapabilitas IOT tiap daerah bisa terpetakan.
Arman pun menyampaikan selamat dan sukses atas penyelenggaraan IIS 2019. Harapan dia, ke depan MI 4.0 akan berkibar di dunia dengan dipercayanya Indonesia sebagai country partner pertama di dunia pada penyelenggaraan pameran teknologi IOT dunia di Hannover Messe pada tahun 2020 nanti.
"Selamat juga untuk Menperin Airlangga Hartarto, yang memiliki visi jauh ke depan dan kemampuan manajerial untuk mengimplementasikan konsep strategis MI 4.0 sebagai bagian revitalisasi industri berbasis inovasi teknologi," imbuhnya.
BERITA TERKAIT: