Industri Kosmetik Lokal Ngarep Insentif

Daya Beli Lagi Lesu

Kamis, 22 Februari 2018, 08:05 WIB
Industri Kosmetik Lokal Ngarep Insentif
Foto/Net
rmol news logo Industri kosmetik dalam negeri optimistis tumbuh sig­nifikan tahun ini. Pasalnya di tengah kelesuan daya beli, tidak menyurutkan bisnis sektor ini untuk bertumbuh. Namun Indus­tri kosmetik lokal tetap berharap insentif dari pemerintah.

Ketua Umum Persatuan Pe­rusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi) Nurhayati Sub­akat mengatakan, pertumbuhan industri kosmetik tahun lalu melebihi pertumbuhan industri farmasi pada umumnya. "Bah­kan untuk jenis kosmetik deko­ratif (make-up) bisa sampai 20 persen," ujarnya, kemarin.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) un­tuk industri farmasi, produk obat kimia dan tradisional tumbuh 6,85 persen. pada tahun lalu. Pada 2017 pertumbuhan kosme­tik diklaim berada pada rata-rata tersebut, dimana dari sisi ekspor penjualan kosmetik Indonesia mencapai Rp 19 triliun, naik 11,9 persen year on year (yoy).

Nurhayati berharap, pemerin­tah dapat memberikan dorongan lebih melalui insentif dan pen­gutamaan kepada industri lokal. "Memang ada insentif, tapi kebanyakan masih dinikmati perusahaan multinasional bukan lokal," urainya.

Ia mengatakan, persyaratan pemberian insentif seperti harus berinvestasi minimal Rp 1 triliun perlu direvisi ulang. Pasalnya, banyak perusahaan lokal yang tidak sanggup memenuhinya.

"Selain itu kami berharap agar insentif lebih diberikan ke penggunaan bahan baku bukan sekadar produk jadi saja. Supaya produk lokal juga bisa ikut ber­saing," beber Nurhayati.

Dari segi ekspor, dalam lima tahun terakhir Kemenperin men­catat rata-rata pertumbuhan industri ini 3,56 persen. Target ekspor kosmetik dari Kemen­perin di 2018 sebesar 1,68 miliar dolar AS dan di tahun berikutnya 2019 bertambah menjadi 1,81 miliar dolar AS.

Ketua Umum Perhimpunan Perusahaaan dan Asosiasi Kos­metika Indonesia (PPA Kosme­tika) sekaligus Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) Putri K. Wardhani mengatakan, sejak paruh kedua tahun lalu industri kosmetik dalam negeri mulai menggeliat. "Harapannya di tahun ini bisnis kosmetik terus tumbuh," ujarnya.

Sales Director PT Paragon Technology and Innovation yang memiliki brand Wardah, Make Over dan Emina, Ronni Ardiansyah mengatakan, inovasi menjadi strategi perusahaan­nya untuk terus bisa bertum­buh. Terutama ditengah kondisi menurunnya daya beli.

"Karena kami berada di in­dustri yang sangat tergantung dengan kehadiran inovasi baru, maka tentu kami punya inovasi baru setiap tahunnya,"  ujarnya.

Direktur Utama PT Mar­tina Berto Tbk (MBTO) Bryan Tilaar mengatakan, pihaknya akan mengeluarkan produk baru dan mencari klien baru untuk kontrak manufacturing dari PT Cedefindo. "Selain itu kami juga akan memperkuat bisnis online di tahun ini untuk menggenjot bisnis,"  tukasnya.

Menteri Perindustrian (Meno­erin) Airlangga Hartarto mem­perkirakan, industri kosmetik nasional bakal tumbuh pesat pada tahun-tahun mendatang. Alasannya, seiring perkembangan zaman, gaya hidup masyarakat Indonesia semakin mempertim­bangkan penampilan.

Airlangga menyebutkan, saat ini konsumen dari kosmetik tidak hanya kaum hawa. Namun, kaum adam juga sangat memperhatikan penampilan sehingga ikut men­jadi konsumen kosmetik.

"Industri kosmetik ini pertum­buhannya tinggi karena di zaman now yang pakai kosmetik bukan hanya perempuan. Jadi ngeri-ngeri sedap (pertumbuhan industri kos­metik)," kata Airlangga.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA