"Pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif serta memberikan kemudahan berbisnis di dalam negeri agar para investor meninÂgkatkan modalnya di Indonesia dalam membangun perekoÂnomian nasional yang lebih inklusif dan berkualitas," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, kemarin.
Selain ditopang sektor industri, investasi baru juga ditopang oleh sektor pariwisata menyumbang sebesar 17 miliar dolar AS atau Rp 226,9 triliun dengan 159 proyek, pekerjaan umum dan perumahan rakyat (PUPR) 1,2 miliar dolar AS atau Rp 16 triliun dengan 98 proyek dan sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) 1,18 miliar dolar AS atau Rp 15,7 triliun dengan 32 proyek.
Selanjutnya sektor perdaganÂgan 0,92 miliar dolar AS atau Rp 12,2 triliun dengan 427 proyek, dan pertanian 0,27 miliar dolar AS atau Rp 3,6 triliun dengan 22 proyek, serta sektor lainnya sebeÂsar 0,43 miliar dolar AS atau Rp 5,7 triliun dengan 60 proyek.
Ketua Umum Golkar itu menÂgatakan, bersama dengan peÂmangku kepentingan terkait terus bersinergi untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik investaÂsi di sektor industri. Caranya denÂgan penciptaan iklim usaha yang kondusif dan kepastian hukum, penggunaan teknologi terkini, efisiensi dan produktivitas, serta pemberian insentif fiskal.
Selanjutnya, ketersediaan bahan baku, harga energi yang kompetitif, sumber daya maÂnusia (SDM) kompeten, serta kemudahan akses pasar dan pembiayaan. "Pertumbuhan konsumsi juga perlu dijaga dan kembali ditingkatkan agar permintaan terhadap produk-produk industri semakin menÂingkat," imbuhnya.
Peningkatan komitmen investaÂsi baru ini didorong Peraturan Presiden (Perpres) No 91 Tahun 2017 tentang Peraturan PerceÂpatan Pelaksanaan Berusaha. Di samping itu juga berkat kolaborasi dua Satuan Tugas (Satgas), yaitu Satgas Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) dan Satgas Percepatan Pelaksanaan Berusaha (PPB). Kedua satgas tersebut mengubah seluruh proses investasi dan usaha di Indonesia menjadi online dan terintegrasi.
Sementara proyeksi investasi di industri secara keseluruhan sektor manufaktur pada tahun ini sebanyak Rp 352 triliun. Dengan adanya investasi di sektor inÂdustri, tercipta lapangan kerja baru dan multiplier effect seperti peningkatan nilai tambah dan penerimaan devisa dari ekspor. "Industri menjadi penunjang utama dari target pertumbuhan ekonomi," paparnya.
Sebelumnya, pengamat ekonoÂmi Faisal Basri mengatakan, agenda pembangunan industri saat ini masuk dalam titik krusial agar Indonesia bisa masuk dalam kelompok negara berdaya saing tangguh. Dalam beberapa tahun terakhir, laju pertumbuhan inÂdustri selalu berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi.
"Ini tidak sehat. Meskipun secara total value added sektor industri Indonesia berada di poÂsisi ke 4 dunia, kita tidak boleh terkecoh karena secara per kapita nilai tambah sektor industri kita kalah dengan negara seperti VietÂnam," kata Faisal. ***
BERITA TERKAIT: