Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik menjelaskan produk fesyen masih menÂdominasi catatan ekspor ekraf 54 persen. Disusul produk kriya dengan kontribusi 39,01 persen, dan ekspor sektor kuÂliner sebesar 6,31 persen.
Angka tersebut belum membuat Ricky puas. Sebab dibandingkan dengan negara lain, produk Indonesia masih jauh tertinggal. Bahkan untuk melampaui negara tetangga saja masih sangat sulit.
"Menurut kami ekspor beÂlum tinggi karena lihat totalÂnya 2016 hanya 19,9 miliar dolar AS. Dibandingkan denÂgan Thailand, Malaysia, dan Vietnam, kita masih kalah jauh," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Ricky mengungkapkan, tujuan utama ekspor produk ekraf tahun 2016 masih diÂdominasi ke Amerika Serikat 30,24 persen. Sasaran selanÂjutnya ke Swiss 10,4 persen, dan Jepang 6,79 persen.
Ke depan, Ricky bakal terus menggenjot produk ekraf ke negara lain. Bukan cuma itu, kali ini produknya pun akan lebih beragam, dan tentunya penuh kreativitas dan inoÂvatif.
"Untuk ekspor, ke depan kita tetap akan kembangkan enam produk ekraf. MeliÂputi kuliner, kriya, fashion, film, aplikasi, dan musik," tuturnya.
Sekedar informasi, kinerja ekraf dinilai terus meningkat. Pasalnya, kontribusi ekraf terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2016 pun mencapai 7,44 persen atau sebesar Rp 922,58 triliun. Angka itu meningkat dari tahun sebelumnya. Pada 2015, PDB ekraf hanya Rp 852,56 triliun atau berkontribusi 7,38 persen terhadap PDB nasional. ***
BERITA TERKAIT: