Data kurs tengah Bank IndoÂnesia itu menempatkan rupiah terapresiasi 8 poin atau 0,06 persen dari posisi Rp 13.405 pada Jumat (5/1) sebelumnya.
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rully Arya WisÂnubroto mengatakan, penguatan itu terjadi lantaran the greenback (sebutan lain dolar AS) sedang dalam tren pelemahan.
"Beberapa data ekonomi negeri Paman Sam yang dirilis pekan lalu berada di bawah ekspektasi. Lihat saja, data non-farm payroll Desember 2017 yang turun ke level 148 ribu dari posisi 252 ribu. Sementara, tingkat pengangguran di sana stabil di level 4,1 persen," imbuhnya di JaÂkarta, kemarin.
Ia menilai, rupiah masuk pada fase stabil, tapi cenderung kembali tertekan. Menurutnya, sekarang indikator teknikal telah memberikan sinyal koreksi. Ia memperkirakan, valuasi (proses penentuan harga) rupiah bisa berada dalam rentang Rp 13.390 - Rp 13.450 per dolar AS ke depannya.
Sementara Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail menuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi menguat setelah pada akhir pekan lalu rupiah mampu ditutup menguat karena didorong beberapa faktor domestik dan global.
Ahmad bilang, laju rupiah seÂpekan ini diramal bergerak pada rentang Rp 13,400 – Rp 13,450 per dolar AS. "Rupiah diprediksi menguat setelah investor asing kembali ke pasar obligasi dan saham Indonesia diikuti menguatnya data ekonomi Indonesia yang menciptakan sentimen positif," ujarnya.
Sementara dari sisi global, lanjut Ahmad, sejumlah negara berkembang seperti cadangan devisa China yang meningÂkat diprediksi dapat memberiÂkan sentimen positif bagi ruÂpiah. Cadangan devisa China di Desember tercatat naik 11 bulan berturut-turut jadi 3,14 triliun dolar AS (Rp 42.178,5 triliun) pada Desember 2017.
Terkait hal ini, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW MarÂtowardojo mengatakan, penguaÂtan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang ditopang karena perbaikan ekonomi InÂdonesia. Fundamental ekonomi nasional tetap kuat meski didera risiko global, seperti reformasi sistem pajak AS, pemangkasan suku bunga bank sentral AS (
The Fed), dan faktor lainnya.
"Saya melihat faktor konfiden terhadap ekonomi domestik banyak berperan," ujar Agus.
Bekas Menteri Keuangan ini mengatakan, berkaca pada 2017 lalu, sebenarnya nilai tukar rupiÂah terus terjaga, volatilitas kurs sepanjang 2017 ada di kisaran 3 persen, sementara di tahun lalu cuma 8 persen.
Hal itu menunjukkan stabiliÂtas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia terjaga. Kondisi positif bagi ekonomi Indonesia. Kini, konfiden pelaku pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia terlihat dari peningÂkatan aliran dana asing yang masuk dalam dua pekan terakhir ke pasar modal sehingga meÂnambah pasokan valuta asing (valas).
"Kalau rupiah menguat secara umum itu disebabkan kondisi ekonomi nasional yang baik," tegasnya. ***
BERITA TERKAIT: