Duh, Harga Bahan Pangan Terus Merangkak Naik

BI Proyeksi Inflasi Desember Terkerek

Sabtu, 16 Desember 2017, 09:31 WIB
Duh, Harga Bahan Pangan Terus Merangkak Naik
Foto/Net
rmol news logo Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru harga kebutuhan pangan terus merangkak naik. Hal tersebut diproyeksi Bank Indonesia (BI) bakal menjadi salah satu pemicu inflasi bulan ini.

Hasil pantauan BI, bulan ini sampai minggu kedua, inflasi berada di kisaran 0,42 persen. "Ini masih sesuai dengan yang kita targetkan, inflasi pada 2017 secara keseluruhan di kisaran 3 sampai 3,5 persen," ung­kap Gubernur BIAgus Martowardojo di Gedung BI, Jakarta, kemarin.

Agus mengungkapkan, inflasi Desember didorong ada kenaikan harga pangan seperti beras, daging ayam dan telur ayam. Hal ini terjadi, menu­rutnya, tidak lepas dari siklus tahunan menjelang Natal dan Tahun Baru. Tetapi, Agus yakin, koordinasi pemerintah dengan pihak terkait kenaikan akan terkendali.

Penjelasan Agus sejalan dengan kondisi di lapangan. Dikutip dari berbagai sumber berita, harga pangan di berbagai daerah di Tanah Air merangkak naik. Misalnya, di sejumlah pasar tradisional Jakarta, harga daging dan telur naik hingga 2.000 rupiah per kilogram (kg). Untuk komoditas sayur mayur naik hingga Rp 5.000 per kg. Dan, harga ikan mengalami kenaikan hingga 10.000 per kg.

Kemudian di Kabupaten Bekasi, harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan berkisar Rp 1.000 hingga Rp 3.000 per kg.

"Biasanya memang di penghujung tahun kayak gini ada kenaikan tapi enggak banyak, kenaikan karena stok berkurang akibat cuaca buruk atau gagal panen," ungkap Staf Unit Pelak­sanaan Teknis Daerah (UPTD) Pasar Induk Cibitung, Abdur­rahman seperti dikutip gobekasi. co.id, kemarin.

Abdurrahman menyebutkan harga komoditas bawang merah paling cepat berubah, menga­lami naik turun.

Selain di Jabotabek, harga pangan di berbagai daerah juga alami kenaikan.

Misalnya, Cigosong dan Ci­mahi, Jawa Barat. Di Cigosong, kenaikan harga pangan cukup tinggi, mencapai 50 persen dari sebelumnya. Misalnya, cabe merah dari semula Rp 30.000 per kg naik menjadi Rp 40.000 per kg, cabe rawit dari Rp 15.000 per kg menjadi Rp 25.000, telur ayam semula Rp 20.000 men­jadi Rp 30.000 per kg. Untuk di Cimahi, Satgas Pangan setem­pat sudah melakukan inspeksi mendadak di sejumlah pasar tradisional untuk menindaklan­juti laporan merangkaknya harga pangan.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri membenarkan ter­jadi kenaikan beberapa harga pangan. Namun, menurutnya, kenaikannya tidak signifikan.

"Ada kenaikan tetapi kecil, namun ada potensi untuk naik," ungkap Mansuri.

Dia memastikan, kenaikan bahan pangan yang terjadi saat ini tidak ada kaitannya dengan permintaan masyarakat. Ke­naikan harga disebabkan faktor lain. Karena, menurutnya, per­mintaan dari masyarakat masih normal-normal saja.

Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPI) Nga­diran juga memastikan kenaikan bukan disebabkan karena ada lonjakan permintaan. Namun, disebabkan terganggunya jalur distribusi akibat hujan.

"Kenaikan harga terjadi pada sayur mayur, beras juga naik. Itu karena hujannya merata di mana-mana, distribusi terganggu," ungkap Ngadiran.

Ngadiran berharap, pemerin­tah melibatkan pedagang pasar dalam melakukan distribusi barang. Menurutnya, peda­gang pasar memiliki posisis tartegis untuk memastikan ko­moditas bisa cepat sampai ke pengecer.

Sebelumnya, Menteri Perta­nian (Mentan) Amran Sulaiman memastikan stok pangan men­cukupi untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Menurutnya, pihaknya sudah melakukan antisipasi dari jauh-jauh hari menghadapi masa panceklik. Namun, dia mengakui, untuk menjaga stabilitas harga, pe­merintah memiliki tantangan dari sektor distribusi. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA