Bupati Sumbawa Barat W. Musyafirin dan Wakil Bupati Fud Syaifuddin turut dalam kunjungan tersebut. Dalam perjalanan menuju bendungan, Basuki melihat kondisi Bendung Kalimantong II yang selesai dibangun tahun 1993 dan telah mengairi irigasi seluas 2.815 hektare. Bendung Kalimantong II akan mendapat pasokan air dari Bendungan Bintang Bano untuk mengairi irigasi yang sudah ada dan irigasi baru.
"Akan ada tambahan irigasi baru dari Bendung Kalimantong II seluas empat ribu hektare sehingga total lebih dari enam ribu hektare," katanya.
Dengan demikian ketersediaan air pada lahan pertanian dapat dipenuhi sepanjang tahun. Sehingga produksi pertanian di Kabupaten Sumbawa Barat diharapkan bertambah dari saat ini dua kali menjadi tiga kali panen.
Bendungan Bintang Bano merupakan salah satu bendungan baru yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk mendukung Nawa Cita mewujudkan ketahanan pangan dan air. Progres konstruksi bendungan saat ini sudah 55,4 persen.
"Ditargetkan akhir tahun 2018 sudah selesai dan awal 2019 dapat dilakukan penggenangan kemudian bisa dimanfaatkan airnya. Yang juga penting adalah untuk pengendalian banjir di Taliwang yang beberapa waktu lalu mengalami banjir besar dan sumber air baku sebesar 555 liter per detik," jelas Basuki.
Manfaat lainnya adalah sebagai pembangkit listrik Minihidro sebesar 2 kali 4,4 Megawatt yang akan membantu memenuhi kebutuhan listrik Sumbawa Barat.
Bendungan Bintang Bano akan membendung aliran Sungai Brang Rea dan mengendalikan banjir ulangan periode 25 tahun sebesar 21,13 juta meter kubik. Kapasitas tampungan total Bendungan Bintang Bano sebesar 65,84 juta meter kubik yang merupakan yang terbesar di NTB. Kehadiran bendungan juga memiliki potensi pariwisata karena lokasinya memiliki pemandangan alam yang bagus dengan kondisi hutan di sekitarnya masih terjaga.
Pembangunan Bendungan Bintang Bano terbagi menjadi dua kontrak yang ditandatangani pada November 2015. Kontrak pertama untuk pembangunan bendungan utama dengan nilai Rp 667,7 miliar yang dikerjakan oleh PT Brantas Abipraya-Bahagia Bangunnusa (KSO) dan kontrak kedua untuk pembangunan spillway bendungan senilai Rp 209 miliar dengan kontraktor PT Hutama Karya (Persero).
Dalam kesempatan itu, Basuki juga melihat kondisi Danau Rawa Taliwang yang memiliki panorama indah dan menjadi tujuan wisata. Namun kondisi danau saat ini banyak eceng gondok dan terus mengalami penyusutan. Pada 1999 luasnya 1.406 hektare namun data tahun 2014 luasnya tersisa 819,20 hektare.
"Kementerian PUPR saat ini tengah melakukan revitalisasi danau kritis di Indonesia seperti Danau Maninjau, Rawa Pening, Tondano, dan Tempe, semua ada master plannya. Danau Rawa Taliwang belum ada, sehingga akan dibuat terlebih dahulu. Karena bahaya bila penanganan tidak ada master plannya dan tidak akan efektif," papar Basuki.
[wah/***]
BERITA TERKAIT: