Pengusaha Tak Yakin Ongkos Logistik Turun

Pengiriman Barang Mau Dialihkan Ke Kereta

Jumat, 03 November 2017, 09:17 WIB
Pengusaha Tak Yakin Ongkos Logistik Turun
Foto/Net
rmol news logo Pemerintah terus berupaya menekan mahalnya ongkos transportasi logistik dan kemacetan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membatasi operasi truk barang dengan mengalihkannya ke kereta api. Pengusaha truk pesimistis ongkos logistik turun.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengata­kan, akan memanfaatkan moda transportasi kereta api untuk menekan ongkos logistik. Cara ini dinilai juga akan menekan kemacetan di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

"Sekarang yang kita pikirkan adalah cara bagaimana pergera­kan barang bisa lebih efisien," kata Bambang usai rapat di kan­tornya di Jakarta, kemarin.

Supaya rencana tersebut bisa berjalan maksimal, pemerintah sedang menyiapkan sarana dan prasarana. Salah satunya dengan membangun tempat pemberhen­tian truk untuk memindahkan barang ke kereta (hub truk).

"Untuk percontohan kami ban­gun dulu di kawasan industri di sta­siun sekitar Karawang," katanya.

Ditanya apakah akan menggu­nakan kereta khusus? Menurut Bambang, kereta barang tidak akan jalan sendiri, tapi dicam­pur dengan kereta penumpang. Namun, desain dari kereta api akan dibuat rapih dengan posisi penumpang di bagian atas dan barang berada di ruang terpisag, di bagasi bawah.

Dia optimis, terobosan ini akan sukses mengurangi mahalnya bia­ya logistik. Perusahaan yang ingin mengirim barang juga menjadi lebih cepat sampai. "Nanti perg­erakan barang juga bisa dibantu oleh shifting dari truk ke kereta agar lebih murah," katanya.

Menurut Bambang, jumlah kendaraan logistik yang be­redar di jalan raya jumlahnya makin besar. Dari data yang ada, lebih dari 90 persen perusahaan mengandalkan truk besar untuk jasa pengiriman barang atau produknya.

"Padahal, di beberapa negara pergerakan menggunakan kereta api bukan dengan truk kalau disini sampai 98 persen meng­gunakan truk," katanya.

Bambang mengatakan, upaya ini belum menjadi suatu ke­wajiban, tapi baru himbauan. Jika upaya ini sukses dan di­terima oleh banyak perusahaan, dampaknya tidak hanya akan dirasakan oleh stakeholder tapi masyarakat luas.

"Ini suatu keharusan bukan diwajibkan. Targetnya ada pe­rubahan pergerakan angkutan lo­gistik dengan kereta api supaya bisa menekan angka kemacetan juga," imbuhnya.

Selain itu, dia menegaskan, upaya ini bukan untuk membuat kompetisi antara truk dengan kereta. Terobosan ini justru akan menciptakan sinergi antara kereta api dengan truk. Pemerintah hanya menyediakan alternatif, se­lanjutnya pengusaha dan pebisnis yang memilih mau naik apa.

"Kalau masih ada truk jarak jauh perlu kita atur. Alternatif­nya diangkut dengan kereta api," tegasnya.

Wakil Ketua Umum Aso­siasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kyatmaja Lookman mengatakan, upaya ini seharus­nya sudah dipikirkan sejak lama. Meski demikian, dia malah khawatir rencana ini justru me­nambah ongkos. "Kalau pakai kereta api bisa lebih mahal dari truk," kata Kyatmaja.

Menurut dia, pengalihan angku­tan barang dari truk ke kereta api tidak akan mudah. Sebab, perusa­haan masih senang menggunakan truk untuk membawa barangnya.

Dia mengungkapkan, saat ini pengiriman barang mela­lui jalur darat di Pulau Jawa sebanyak 98 persennya meng­gunakan truk. Sementara yang menggunakan kereta api hanya 2 persen saja.

Begitu juga dengan area in­dusri yang tak berhubungan langsung dengan jalan tol. "Area industri ini semua terkoneksi dengan jalan tol sehingga men­jadi truk sentris," pungkas dia.

Kyatmaja mengakui, peng­gunaan truk untuk angkutan logistik akan semakin mahal jika jaraknya semakin jauh. Kar­ena itu, pemerintah diminta bisa memberikan solusi yang tepat, baik untuk angkutan logistik maupun industri agar pengiriman logistik jadi lebih efisien. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA