Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah usai peletakan batu pertama pengembangan JTB menjelaskan, pada saat konstruksi teknik proyek JTB akan mempekerjakan 6 ribu tenaga lokal di Bojonegoro dan sekitarnya.
"Komitmen kami untuk bisa berkontribusi mendorong perekonomian daerah salah satunya adalah dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat," tegas Adriansyah dalam keterangannya.
Sementara untuk Early Civil Work (ECW), lanjut Adriyansyah saat ini terdapat sekitar 200 orang unskill labour. Sejalan dengan makin padatnya pengerjaan proyek JTB di masa mendatang, kebutuhan tenaga kerja lokal juga akan semakin meningkat.
"Ini pekerja langsung, belum termasuk tenaga kerja tidak langsung yang mendukung program ini, proyek ini semakin bermanfaat untuk menggerakkan perekonomian daerah," katanya.
Adapun untuk memenuhi tenaga kerja profesional, tambah Adriansyah PEPC telah mengadakan sertifikasi tenaga kerja Migas 175 orang, dimana 170 orang telah terserap di Proyek Banyu Urip. Tenaga ahli migas lainnya yang mempunyai sertifikasi welding sebanyak 0 orang.
Dengan tenaga kerja bersertifikasi ini, PEPC optimis proyek JTB akan bisa produksi 2021 dan dapat mempercepat utilisasi Pipa Gresik–Semarang serta pemanfaatan gasnya bisa diperluas. Proyek yang memiliki kompleksitas tinggi dengan kandungan CO2 34 persen, kapasitas pemrosesan gas 330 MMCSFD dan produksi 172 MMSCFD memang membutuhkan tenaga kerja profesional secara selektif.
Senada dengan itu, menurut Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Massa Manik, bila lapangan gas yang membutuhkan investasi 1.547 miliar dolar AS ini berjalan dengan lancar, maka proyek-proyek yang sempat tertunda dan keekonomiannya diragukan akan kembali berjalan satu persatu.
"Selain menyerap tenaga kerja langsung, proyek ini nantinya juga akan menciptakakan lapangan kerja baru di berbagai industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan akan mengurangi angka pengangguran," tutur Massa.
[wid/***]
BERITA TERKAIT: