Salah satu indikator yang menjadi kinerja lebih baik tersebut mengacu pada jumlah BUMN yang meruÂgi. Pada semester I, jumlah BUMN yang merugi turun menjadi 24 BUMN.
"Jadi BUMN yang rugi itu semester 1-2017, turun menjadi 24 BUMN, periode yang sama tahun lalu itu ada 27 BUMN, jadi turun 3 BUMN," tegas Sekretaris Kementerian BUMN Imam APutro di Kementerian BUMN, kemarin.
Deputi Bidang RestrukÂturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K Ro menamÂbahkan, tiga BUMN yang berhasil 'sembuh' terseÂbut adalah PT Djakarta Lloyd (Persero), PT NinÂdya Karya (Persero) dan PT Varuna Tirta Prakasya (Persero).
Dijelaskan Aloy, masing-masing BUMN itu bisa bangkit karena kemampuan perusahaan dalam pengembangan usaha dan penambahan modal.
Untuk Djakarta Lloyd, berhasil mencatatkan keÂuntungan berkat sinergi dengan PT PLN (Persero) dalam pengangkutan batu bara. "Nindya Karya selain direksinya yang survive. Dia juga berhasil melakuÂkan efisiensi, tandinganÂnya saja perusahaan-peÂrusahaan gajah, sekarang proyeknya dimana-mana," tegas Aloy.
Sedangkan Varuna Tirta, yang memiliki bisnis di bidang pengiriman kargo, kebangkitannya berhasil melakukan sinergi dengan beberapa BUMN.
Menurutnya, cara menghidupkan bisnis perusaÂhaan-perusahaan terseÂbut salah satunya melalui sinergi dengan BUMN lainnya. Selain itu, dilakuÂkan efisiensi seperti tenaga kerja inti yang jumlahnya sedikit sementara sisanya merupakan tenaga kerja outsourcing.
Ia mengakui, upaya menyehatkan perusahaan BUMN ini terus menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Sebab, masih ada 24 perusahaan pelat merah lainnya yang sepanjang semester perÂtama tahun ini masih menÂgalami kerugian.
"Mayoritas rugi itu, 24 perusahaan lagi. Solusinya atau penanganannya ya SDM (sumber daya maÂnusia) diberesin dulu. Itu yang kita lakukan di MerÂpati (Airlines)," katanya.
Adapun, 24 BUMN lainÂnya yakni PT Rajawali Nusantara Indonesia (PerÂsero), Perum Bulog, PT Berdikari (Persero), PTIndofarma (Persero) Tbk, PT Energy Management Indonesia (Persero), PT Hotel Indonesia Natour (Persero), PT Pos IndoÂnesia (Persero), Perum Produksi Film Nasional, PTAneka Tambang (PerseÂro) Tbk, PT PAL Indonesia (Persero).
Selain itu, PT Balai Pustaka (Persero), Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PT Krakatau Steel (Persero), PT Boma Bisma Indra (Persero), PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero), PT Dirgantara Indonesia (PerÂsero), PT Amarta Karya (Persero), PT PDI Pulau Batam (Persero) dan PeÂrum DAMRI.
Ia menambahkan, BUMN lainnya yakni PT Garuda Indonesia (PerÂsero), PT Danareksa (PerÂsero), PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero), PT Iglas (PerÂsero) dan PT Istaka Karya (Persero). "Kita sedang tata semuanya. (Yang rugi ini) dilihat dari kinerja seÂmester pertama kemarin," tandasnya. ***
BERITA TERKAIT: