Presiden Direktur Regio AviÂasi Industri (RAI) Agung Nugroho mengatakan, industri yang meneliti, merancang, membuat, dan memelihara pesawat atau dikenal industri dirgantara di dalam negeri memang sempat vakum. Namun, dengan lahirnya pesawat R80 akan membangkit industri dirgantara nasional.
"Kita merasa perlu mengisi kebutuhan pesawat terbang denÂgan produk buatan sendiri," kata Agung di Jakarta, kemarin.
Proyek yang sudah lama didengungkan oleh RAI ini, menurutnya, akan mudah tereÂalisasikan lantaran masuk dalam Program Strategis Nasional. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Proyek Strategis NaÂsional. Lampiran Perpres terseÂbut mencantumkan 248 proyek yang masuk program Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, salah satunya adalah proyek pesawat R80.
"Masuknya produk R80 sebaÂgai program strategis nasional adalah bentuk dukungan peÂmerintah kepada industri dalam negeri," ujar Agung.
Dia mengakui, selama ini industri pesawat sulit bangkit lantaran terkendala dua faktor utama, yaitu pendanaan dan sumber daya manusia (SDM). Negara yang industri pembuaÂtan pesawatnya maju selama ini banyak difasilitasi oleh pemerÂintah dalam hal dana. Begitu juga dengan SDM berkualitas yang didapat melalui beragam seleksi. "Ini yang belum dimiliki oleh Indonesia, tapi setelah ada Perpres ini maka industri bisa lebih maju," ungkapnya.
Dalam pengerjaan pesawat R80, RAI bekerja sama dengan perusahaan BUMN PT DirÂgantara Indonesia (PTDI). R80 sendiri memiliki kapasitas 80-90 penumpang, untuk desain kokpit tak kalah saing dengan pesaÂwat buatan Airbus. Pesawat ini memiliki dimensi panjang 32,3 meter dengan lebar sayap 30,5 meter dan tinggi 8,5 meter.
Tercatat sudah ada beberapa perusahaan maskapai nasional yang sudah melakukan pemeÂsanan pesawat R80 melalui
LetÂter of Intent (LoI). Di antaranya NAM Air—anak perusahaan Sriwijaya Air—yang memesan 100 pesawat, Kalstar AviaÂtion memesan 15 pesawat, dan Trigana Air Services memesan sebanyak 10 pesawat, dan AviaÂstar 5 pesawat.
Dalam pengembangannya, R80 membutuhkan dana cukup besar, yakni sekitar 1 miliar dolar AS atau Rp 20 triliun. Sedangkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membuat satu prototype R80 adalah sebesar Rp 200 miliar. Targetnya pada tahun 2022 pesawat ini akan melakuÂkan terbang perdana.
Komisaris PT RAI Ilham Habibie mengatakan, terbitnya Perpres 58 dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk ikut berkontribusi dalam pembuatan pesawat R80. "Saya kira ini bukan saja dibiayai pemerintah, keÂmungkinan-kemungkinan sangat tepat kita begitu. Adanya dukunÂgan tertulis sangat meyakinkan investor," kata Ilham. ***
BERITA TERKAIT: