"Bagaimana kami membuat Indonesia ini mengurangi kemiskinan dan pengangguran? Jangan sampai dia (Indonesia) menjadi institusi yang jadi momok," ujarnya.
Menurutnya, upah dan gaji, kerap menjadi masalah. Namun, hal itu berkaitan dengan konsistensi, disiplin, monitoring dan enforcement dalam mengatur secara internal dan eksternal.
"Nggak bisa salah satu
off. Dia organisasi yang harus dijaga terus, kadang-kadang ditekan agar jadi baik. Dibuka secara transparan, agar masyarakat bisa lihat mereka. Institusi yang baik adalah salah satu modal bagi negara untuk kompetitif," paparnya.
Selain itu, Sri mengatakan, sistem kompetisi yang ada kurang melibatkan dari kalangan miskin. Sehingga kerap terjadi perbedaan disaat berkompetisi.
"Orang miskin harus bisa diangkat. Maka pemihakan jadi penting, karena tidak semua orang memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Karena dalam berkompetisi ada level of playing field," demikian Sri.
Selain Sri, ikut hadir dalam simposium sesi kedua bertema "Daya Saing Indonesia di Tengah Perekonomian Dunia" itu, tiga pembicara lainnya. Antara lain, Chairul Tanjung, Ketum Kadin Indonesia Rosan Roeslani, dan Ketum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia.
[sam]
BERITA TERKAIT: