Hal itu disampaikan Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman kepada wartawan, Sabtu (3/9)
Untuk diketahui, target produksi garam nasional tahun ini yakni sebesar 3 juta ton dengan target luas lahan produksi 24 ribu hektar.
"Masalah utama garam Indonesia, tergantung cuaca. Beda dengan Australia yang punya rock salt. Biasanya (di Indonesia) akhir Juli ini sudah produksi. Tapi dari data kami, hingga bulan Agustus ini produksi memang ada, tapi sedikit sekali. Di Jawa Barat malah parah, belum bisa mulai produksi," kata Adhi
Atas dasar itu, pihaknya pun menyarankan agar pemerintah segera melakukan pembenahan di hulu. Salah satunya dengan cara memperbaiki teknologi produktivitas, dan menambah luas lahan.
"Pembenahan di hulu harus tetap dilakukan. Terutama berkaitan dengan luas lahan, teknologi produktivitas, peningkatan mutu. Sehingga pada saat cuaca bagus, bisa stok," beber Adhi.
Selain itu, lanjut dia, pemerintah seharusnya tidak alergi untuk melakukan impor garam, khususnya untuk produksi. Hal ini kata Adhi sudah banyak dilakukan negara-negara maju.
"Untuk industri, sebagai bahan baku, harus impor dulu. Yang penting ada nilai tambah di proses produk hilir industri makanan-minuman atau lainnya. Negara besar dan maju, tidak lagi memikirkan impor atau tidak. Tapi lebih memikirkan adanya nilai tambah dalam negeri dan suplly ke global market," demikian Adhi.
[sam]